Kamis, 14 Desember 2017

Debat Kusir

Debat Kusir
Debat Kusir

Ehsobat belia, pernah denger  istilahgak? Boong beud kalo gak pernah denger mah. Saya yakinsobat mudasemua satu atau 2 kali, sempurna pernah denger istilah itu bukan? Bukaaaannn!!!. Eeeh gak perlu dijawab kelesss. Atau mungkin timbul yang pernah menggunakannya dalam percakapan. Atau jangan-jangan timbul yang pernah mempraktekannya? Ada gak? Ada gak? Ayo yang merasa pernah silahkan koprol. Huuuuuu, kepoooo! Biarin ah, hak donk!

Terus adakah diantarasobat mudasemua yang tau makna pada sebalik kataitu? Kalo saya tertentu sih, jujur nih ya, selalu gagal faham menangkap maksud implisit dari tutur itu. Nah 2 hal berikut inilah yang bikin saya heran bin galau dengan kataitu :

Pertamax. Kenapa kusir? Bukan sopir, masinis, pilot, nahkoda, tukang ojek atau tukang beca ? Bukankah ini bentuk subordinat terhadap profesi pengemudi lainnya? Saya risi hal ini dapat memicu kecemburuan para pengemudi lain yang nama profesi nya gak diajakin buat nemenin tutur Debat dalam istilah. Bagaimana kalau mereka ngadu ke KPK (Kesatuan Pengemudi Kendaraan) trus habis itu ke Kak Seto? Lalu nyewa Fart-hat Abbas buat jadi lawyernya. Kan berabe, bisa-bisa mengganggu stabilitas nasional & bikin SBY murka. Nah lho!

Keduax.Seumur-umur sumpah saya belum pernah liat atau denger kusir berdebat. Kalaupun timbul, apa yang mereka perdebatkan? Duluan mana telur sama ayam? Atau memperdebatkan kuda siapa yang paling semok? Atau ngeributin kenapa kuda harus pake kacamata berkualitas di optik tunggal kuda bukan kacamata berkualitas di optik tunggal rayban? Padahal yang sering saya liat debat bukan kusir, tapi orang-orang necis bernomor urut yang dengan pede mengumbar janji semu nan palsu agar dipilih ketika Pileg, Pilkada & Pil KB nanti.

Sobat mudasemua sempurna putusan bulat bukan dengan argumentasi saya? (Awas jangan jawab bukan lagi!) Kalo gak putusan bulat saya mah woles aja. Dan saya akan tetapkeukeuhpada apa yang saya yakini benar. Emang benar? Ga tau jua sih, heu.

Stop bagian basa basi nya, kita kembali ke leptop (too cool mode on). Berikut definisihasil pencarian saya dibantuin sama Mr. G :

debat kusir, debat yang nir disertai alasan yang masuk akal;https://kbbi.web.id

debat kusir, debat yang nir disertai alasan yang masuk akal;https://kamusbesar.com

debat kusir, biasanya diterjemahkan sebagai suatu perdebatan yang tidak tentu ujung-pangkalnya.https://lifestyle.kompasiana.com

Kok definisinya sama seluruh ya? Gak kreatif ah. Eh segitu jua udahuyuhandeng masih timbul yang mau bikinin definisinya. Daripada saya bisanya cuman protes gak kentara & gak penting, xixixi. Nah terkait berasal muasal kenapa sampe dibikin istilah, timbul yang sukarela bikinin ceritanya nih, cekidot : Kenapa Disebut

Masih ngomonginnihsobat belia. Persis tadi sore, saya mengalami nya lho. Ada yang mau tau ceritanya gimana gak? Apa? Kurang kedengeran. Sekali lagi ya. Ada yang mau tau gak? Ok, alasannya adalah kalian maksa akan saya ceritain. Jadi begini. Eh bentar saya minum dulu, haus soalnya dari tadi belum minum. Soalnya kalo minum terus takutbeser. Ada yang taubeserartinya apa? Ah sudahlah jangan dibahas, gak penting. Lagian kita kan lagi bahas . Tadi saya mau cerita apa? Tuh kan jadi lupa ah.

Saya ulangi deh. Jadi gini. Minggu kemarin menjelang ashar saya lagi main-main sama Zie anak saya yang umurnya tiga tahun 1/2 sambil nonton film Despicable Me 2 pada atas kasur yang rambang-acakan. Selain timbul bantal & guling yang telah agak kumal, seprei yang sedikit bau ompol, & keping-keping DVD kartun bajakan, terlihat jua sobekan-sobekan kertas berukuran 4R yang berasal dari kalender bergaya Tionghoa.Sobat mudatau kan kalender Tionghoa? Itu lho kalender yang buat bisa melihat tanggal hari ini harus merobek tanggal yang kemarin. Pun demikian jikalau ingin melihat tanggal hari esok, maka harus merobek tanggal hari ini. Bingung kan? Rasain! Badewe kasian ya tu kalender tiap hari dirobekin mulu. Coba kalau hati sobat belia yang digituin tiap hari ya, duh!

Balik lagi, alasannya adalah Minggu itu tanggal 23, maka telah timbul 22 sobekan kertas kalender yang pada atasnya tertera angka 1 s.d. 22 dengan tinta warna warni, lucu sekali. Nah angka-angka itulah yang menjadi bahan perdebatan tiada akhir alias antara saya & si tampan lucu, Zie. Kurang lebih seperti inilah dialog yang terjadi diantara kami :

Yah, yah!

Hmmmmm, apa?

Yah liat ini 2 Katanya sambil memilih kertas bertuliskan angka 13.

Itu mah tiga belas sayang Jawab saya seraya tersenyum & mengelus kepalanya.

Iiihhh ini 2 tau Dia nampak kesal

Mana coba?

Ini kan 2. Satu, 2 pungkasnya sambil memilih angka 1 & angka 3.

Et dah bener jua ni bocah. Angkanya emang beneran timbul 2 kan. Angka 1 timbul satu, angka 3 timbul satu. Jadinya kan 2. Hahahaha, saya terkekeh pada dalam hati. Ingin saya cubit pipinya yang mulus itu kalau tidak ingat sepasang mata dengan sorot tajam milik seseorang wanita yang sedari tadi memperhatikan kami. Bunda, begitu biasa Zie menyapa wanita itu. Yang karenanya saya urungkan niat saya buat mencubit.

Eit sebentar. Pastisobat mudamengira bahwa saya mengurungkan niat saya buat nyubit Zie gara-gara takut sama bunda nya kan? Oh bukan, bukan alasannya adalah takut saya mengurungkan niat saya. Saya Cuma takut sama Allah & cicek. Yang saya lakukan ialah hanya berusaha memahami perasaannya, walau sering menemui kegagalan. Ya, wanita memang mahluk paling misterius pada jagat raya yang ingin dimengerti dengan cara yang misterius jua, huft! Hingga akhirnya keinginan mencubit itu hanya mengejawantah menjadi usapan lembut pada kening Zie. Dan adegan pun berlanjut.

Iya sayang itu angkanya emang timbul 2. Tapi itu bukan angka 2, itu angka tiga belas Saya mencoba memberi pemahaman

Ini 2 ayaahh. Tuh, satu, 2 Ujar Zie.

Iya iya itu emang 2 Saya terpaksa mengalah.

Nah kalo ini angka berapa kang? Kata saya sambil menampakan sobekan kertas kalender bertuliskan angka 2.

Itu, itu mah satu yah Jawabnya polos.

Lho kok satu sih Kang. Ini kan angka 2

Ayah mah iiiiihbaong. Itu satu tau. saaaatuuuu! Zie nampak memilih angka 2 itu dengan telunjuknya yang mungil.Baong=nakal-red.

Kakang kakang, timbul timbul saja ah. Hahahaha

Mendengar jawabannya saya gak bisa ngomong apa-apa lagi. Saya hanya bisa terpingkal-pingkal dibuatnya lalu saya peluk & ciumi dia. Oh ya, kakang ialah panggilan baru buat Zie alasannya adalah sebentar lagi dia bakalan punya adik yang pungkasnya pria (lagi). Oemji, satu anak pria aja udah repot, apalagi 2. Huaaaaaa!

Lalu saya mikir. Ini siapa yang salah sih? Saya yang salah memberi pemahaman atau Zie yang salah memahami. Ayo siapa yang bisa jawab? Yang bisa boleh kembali duluan. Tapi yang kentara gak adil & gak bijak kali ya kalo nyalahin Zie. Secara dia kan cuman anak yang umurnya belum genap empat tahun. Artinya disini saya sebagai ayahnyalah yang salah. Mungkin timbul yang keliru dengan pola didik yang saya terapkan.

Kemudian, kalau percakapan perihal angka ini dilanjutin, tentu telah bisa ditebak gimana kelanjutannya. Ya, kami bakalan terjebak dalam sebuah situasi pelik bernama, yang entah dimana ujung pangkalnya. Tidak adanya kesepahaman & disparitas persepsi antara saya & Zie lah yang jadi pemicu perdebatan itu. Apapun argumen saya & bagaimanapun cara menjelaskannya sempurna bakalan mentah, alasannya adalah masing-masingkeukeuhdengan pendapatnya. Pun kalau pada akhirnya kami putusan bulat, butuh proses dengan waktu yang nir sebentar.

Sobat belia, itu tadi pengalaman sederhana saya perihal. Lucu ya? Apa? Gak lucu? Biarin! terlepas dari lucu enggaknya cerita saya itu, saya konfiden timbul ketika kita akan dihadapkan pada sebuah situasi dimana harus mempertahankan ilham, gagasan ataupun apa yang kita rasa benar dengan orang lain yang tidak sinkron pemahaman & persepsi dengan kita. Kalo perdebatannya fair sih ga masalah. Tapi kalo yang dikedepankan ialah aspek emosi & menafikan rasionalitas, maka dialog yang terjadi akan menjurus ke hal-hal negatif yang dipenuhi dengan cacian, makian, umpatan, menjatuhkan versus bicara & penekanan pada orang yang menjadi versus bicara bukan pada apa yang dibicarakan. Inilah yang terjadi pada. Nah andai kita tidak bisa menghindar dari kondisi ini, berikut timbul beberapa trik yang bisa dilakukan agar situasi permanen terkendali.

Keep Calm n Stay Breathing.Tetap damai & sebaiknya buat terus bernafas. Jangan hingga kita mangkat lemas alasannya adalah menahan nafas & amarah. Jaga emosi agar nir terbawa suasana.

Talk Less, Listen More.Berikan porsi yang lebih banyak kepada pendengaran kita. Bicaralah hanya buat hal-hal yang memang penting & harus dibicarakan. Ingat kita dianugerahi 2 pendengaran & hanya satu verbal. Ini ialah sebuah menerangkan bahwa Tuhan menakdirkan kita buat lebih mengoptimalkan potensi pendengaran dibanding verbal. Dalam perspektif Islam Rasulullah mengajarkan sikap fal yakul khaiiran aw liyasmut artinya berbicaralah yang baik atau membisu.

Diversion.Buat pengalihan pembicaraan dengan hal-hal yang menyenangkan. Misalkan pujilah versus bicara kita, standup comedy, nyanyi, atau pretensi mules aja biar kondusif.

Positive Thinking, Positive Acting.Usahakan selalu berfikir & berbuat positif. Meski dalam matematika negatif dikali negatif sama dengan positif, tapi ketentuan itu nir berlaku dalam situasi ini. Bika orang lain berfikir & bertindak negatif terhadap kita balaslah dengan sebaliknya. Berfikirlah yang baik tentangnya & berlaku baiklah kepadanya.

Be Generous.Bermurah hati & berbesar hatilah, maka nir timbul satupun masalah yang terlalu hebat buat dihadapi. Biarkan versus bicara kita merasa menang. Berfokuslah kepada hal lain yang lebih bermanfaat.

Gitu aja sih! Sekedar sharing sederhana perihal keseharian yang kadang luput dari perhatian. Kalo timbul benernya ya alhamdulillah. Kalo ternyata banyak kelirunya, saya mohon ampun kepada Allah atas kesia-siaan yang saya lakukan. Semoga bermanfaat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top