Sabtu, 20 Januari 2018

Karang Emas di Pulau Baru Jadi Rebutan

Karang Emas di Pulau Baru Jadi Rebutan

PULAU BANYAK, KOMPAS.com Puluhan nelayan Pulau Banyak belakangan berlomba memburu bebatuan di dasar laut yg tersembur dari kepundan daratan yg baru muncul di perairan Haloban, Kecamatan Pulau Banyak, Aceh Singkil, semenjak Selasa (13/4/2010).

Mereka yakin, batuan tersebut mengandung emas bahkan intan, meski belum ada pendapat ahli ataupun uji material terhadap kandungan bebatuan dimaksud. Wartawan Serambi Indonesia berkesempatan mengunjungui "pulau baru" itu, Senin (19/4/2010). 

Para nelayan terlihat menyelam menggunakan perlengkapan seadanya, mulai dari perahu mesin, kacamata berkualitas di optik tunggal selam, dan oksigen dari mesin kompresor. Bahkan, semenjak malam sebelumnya, mereka menyelami dasar daratan baru yg tingginya sekitar 16 meter itu.

Nelayan tradisional ini, selain berasal dari Desa Haloban, Asantola, Ujung Sialit, dan Suka Makmur yg masih merupakan gugus Pulau Tuangku (nama lain Haloban), juga banyak datang dari Pulau Balai, ibu kota Kecamatan Pulau Banyak.

Padahal, jaraknya relatif jauh, sekitar 2 jam perjalanan naik speedboat. Mereka ramai-ramai mendekati daratan yunior yg muncul di antara Pulau Tailana dan Madang Kati itu. Tidak hanya kaum lelaki, ibu-ibu nelayan pun ikut menemani suaminya menyelam.

Umumnya nelayan yg menyelam hanya memburu batu yg warnanya mengilap dan kuning keemasan. Selama ini, batuan jenis ini sangat sporadis ditemukan di kepulauan yg banyak terumbu karangnya itu. Karang bahkan tak sporadis diambil warga buat dijadikan pengganti batu dalam menciptakan tempat tinggal, gedung, atau jembatan.

Tadi begitu kami datang, nelayan yg berburu batu itu sempat terkejut. Mereka bicara pakai bahasa Haloban yg artinya: cepat simpan batu yg berwarna kuning, ungkap Tachsis, warga Pulau Balai yg mahir berbahasa Haloban.

Ia datang ke lokasi daratan yg baru tumbuh itu bareng Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh Singkil Saiful Umar, kemarin sore. Menanggapi ramainya warga yg berburu batu di lokasi daratan baru itu, Saiful Umar mengimbau warga agar nir terpengaruh oleh gosip-gosip yg belum terperinci.

Sebaiknya, saran beliau, warga menunggu datangnya para geolog buat memastikan kandungan atau zat apa sebenarnya yg disemburkan kepundan daratan yg berbentuk kerucut itu.

Bagaikan mendidih
Pada pantauan kemarin, gugusan daratan baru yg muncul dari dasar laut itu secara awam nir mengalami perubahan, baik tinggi juga luasnya. Tingginya sekitar 16 meter dan lebarnya 60 meter. Cuma, ada beberapa insiden yg menonjol kemarin, yakni keluarnya gelembung air dengan berukuran yg lebih besar dari umumnya ke permukaan laut. Selain itu, beberapa warga yg menyelam mengaku mendengar suara seperti air mendidih (menggelegak).

Saat menyelam saya mendengar ada suara air mendidih, saya eksklusif naik ke atas. Tapi ketika menyelam lagi, terdengar lagi suara seperti air mendidih. Lokasinya dekat dengan semburan lumpur halus, istilah Jafril (29), warga Haloban.

Gosong Wulawan
Seminggu selesainya inovasi daratan baru yg menyemburkan lumpur, pasir, dan bebatuan itu, warga Pulau Tuangku mulai menamainya. Nama yg disematkan pada calon daratan baru itu adalah Gosong Wulawan yg berarti Karang Emas.

Dalam terminologi lokal, gosong berarti hamparan terumbu karang di laut dangkal, mirip atol. Dengan diberi nama Gosong Wulawan, gampang-mudahan kemunculan daratan itu membawa berkah bagi penduduk Haloban yg buat sementara lagi dimekarkan sebagai kecamatan Pulau Banyak Barat, istilah Ihsan, tokoh norma setempat.

Tunggu tim ahli
Sementara itu, ratusan warga Haloban, desa terdekat ke lokasi insiden, semenjak pagi sampai sore kemarin menunggu-nunggu kedatangan tim ahli dari Dinas Pertambangan dan Energi Aceh, dan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yg sedang berlayar naik kapal riset, Baruna Jaya III, dari Simeulue.

Setiap ada benda berbentuk kapal yg bergerak di laut, warga eksklusif berdiri buat melongok. Mereka khawatir kecolongan tim ahli telah datang, dan mereka nir mengetahuinya. Namun, sampai menjelang isya, kapal yg dinantikan-tunggu itu belum kelihatan melintas di perairan Haloban.

Warga Haloban yg kebetulan sedang kembali ke luar daerah juga beberpa kali menghubungi Serambi Indonesia buat menanyakan kedatangan tim ahli. Kalau tim ahli telah datang, tolong kabari, ya pinta Irwan, warga Haloban yg sedang berada di Pulau Balai melalui SMS.

Bika pasir yg tersembur itu mengandung emas, kami eksklusif datang membawa karung buat merogoh pasirnya, seloroh Irwan.  

Kisah mistis
Di sisi lain, kemunculan daratan baru itu dalam cerita yg dibahas di kedai-kedai kopi mulai menghadirkan kisah-kisah mistis. Misalnya, ada warga yg tiba-tiba tensi darahnya naik selesainya menyelam di lokasi itu, padahal sebelumnya nir mempunyai riwayat darah tinggi.

Kisah mistis lainnya, seseorang warga yg merogoh batu mengilap berwarna keemasan tiba-tiba malamnya bermimpi tangannya terpotong. Lalu esoknya beliau buang batu tersebut. Kawanku yg menyimpan batu, malamnya mimpi tangannya kena pangkas. Esoknya, eksklusif batu itu beliau buang, cerita Anhar (40), warga Asantola.

Rumor lain, zenit daratan baru itu nir bisa diambil gambarnya. Salah satu contoh, kamera seseorang wartawan televisi nasional kemasukan air di lokasi itu ketika merogoh gambar, meski beliau telah menggunakan pengaman.

Namun, cerita ini nir semuanya benar. Nyatanya, seseorang nelayan berhasil memotret zenit daratan baru itu hanya dengan menggunakan telepon genggam yg dibungkus plastik, walau gambarnya agak kabur. (c39)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top