Minggu, 04 Februari 2018

Legenda WAKADOL (22) KTP... Kacamata Tembus Pandang!

Legenda WAKADOL (22) KTP... kacamata berkualitas di optik tunggal Tembus Pandang!

Ngeri... kacamata berkualitas di optik tunggal Tembus Pandang Cerita sebelumnya: kacamata berkualitas di optik tunggal Tukang Bohong? https://fiksi.kompasiana.com/cermin/2013/08/20/kacamata berkualitas di optik tunggal-tukang-bohong-585628.html Awalnya aku begitu bahagia memanfaatkan kacamata berkualitas di optik tunggal pendeteksi kebohongan yg aku peroleh dari Si Kakek. Hal ini menjadi jauh lebih gampang mengetahui siapa saja yg hobby berbohong. Hampir semua orang yg aku temui tampak berhidung Pinokio, dengan panjang yg bhineka ketika dilihat dengan kacamata berkualitas di optik tunggal tersebut. Padahal biasanya, aku hanya membaca dari aktualisasi diri paras, gesture & body language lainnya, buat mengetahui apakah seseorang sedang berbohong atau tidak. Hari berikutnya, kacamata berkualitas di optik tunggal tersebut mulai membuatku bingung ketika muncul pikiran, bagaimana apabila kacamata berkualitas di optik tunggal ini sendiri yg berbohong? Jangan-jangan justru kacamata berkualitas di optik tunggal ini yg tidak seksama, sehingga menampilkan illusi optik yg seolah-olah orang yg dilihat dengan kacamata berkualitas di optik tunggal ini berhidung ala Pinokio. Siapa atau forum mana yg bisa memastikan kalau kacamata berkualitas di optik tunggal ini memiliki tingkat akurasi 100% buat mendeteksi kebohongan. Bukankah semua indera ukur & timbangan harus bisa dikalibrasi agar seksama mirip timbangan pasar yg dikalibrasi sang Badan Metrologi. Rupanya, efek kacamata berkualitas di optik tunggal ajaib ini justru bisa menghambat rasa percaya kepada orang lain. Bukankah setiap orang punya alasan sendiri buat apa dia harus berbohong buat kebaikan ataupun keburukan. Aku dihentikan menghakimi & menilai orang lain dari kacamataku sendiri dari apa-apa yg tidak aku ketahui sepenuhnya. kacamata berkualitas di optik tunggal ini membuatku menjadi paranoid & mewaspadai semua orang menjadi suka berbohong. Ah, yg kentara kacamata berkualitas di optik tunggal ini lebih poly bahayanya daripada kegunaannya. Aku menetapkan memformat ulang mindset-ku akan fungsi kacamata berkualitas di optik tunggal pendeteksi kebohongan. Aku katakan pada diri sendiri, kalau apa yg aku lihat hanyalah illusi optik & tidak ada sangkut-pautnya sifat atau sikap seseorang. Apapun yg aku lihat dari kacamata berkualitas di optik tunggal ini, aku abaikan buat tidak menilai orang yg aku lihat tersebut. Berhasil! Aku mulai berhasil mengendalikan pikiranku buat tidak men-judge orang lain. *** Siang hari sehabis sholat dhuhur, seorang teman tiba membawa ijasah yg dipinjamnya buat verfikasi lelang proyek. Tentu saja tak lupa dia memberi amplop jasa sewa ijasah. Dunia memang aneh. Ijasah saja ternyata bermanfaat buat dipinjamkan & menghasilkan. "Thanks Mas Bro. Ini fee buat ijasahnya," ucapnya sambil menyodorkan sebuah amplop putih. "Terimakasih juga. Lain kali jangan sungkan-sungkan buat pinjam lagi ya.... Hahaha...." Jawabku sambil tertawa ketika mendapat amplop pemberiannya. "Itu satu juta buat 2 proyek. Nanti dah kalau ada pekerjaan lagi, aku sub-kan ke kau saja ya," celoteh temanku. "Boleh, dari harganya berdasarkan & tidak poly potongan," jawabku sambil menepuk pundaknya. *** Jam tempat kerja sudah akan berakhir, aku teringat uang yg tadi aku bisa dari seorang teman. Aku pikir, mengapa tidak digunakan buat melunasi hutang pembelian lensa kacamata berkualitas di optik tunggal saja. Lagi pula, aku juga ingin meminta penerangan kepada Si Kakek pemiliki optik, bagaimana algoritma pendeteksiannya. Terutama bagaimana input, proses & output yg digunakan pada lensa kacamata berkualitas di optik tunggal ini. Jam 16.12, aku sudah keluar dari tempat kerja & meluncur ke toko optik. Setelah memarkir motor & melepas helm, aku bergegas masuk ke dalam optik. "Selamat sore... Ada yg bisa kami bantu," sapa suara seorang perempuan. Alhamdulillah, ternyata 2 perempuan bagus penjaga optik sudah pulang. Padahal tempo hari 2 kali ke optik, aku tidak menemukan mereka berdua. Namun kali ini aku tidak hendak mencari & menemui mereka. Aku hendak menemui Si Kakek yg sudah memasangkan lensa spesifik id frama kacamataku. "Eh iya... Selamat sore juga. Saya tempo hari membeli & memasang lensa kacamata berkualitas di optik tunggal & kurang 100 ribu pembayarannya," sambil menyodorkan kuitansi pembelian yg belum distempel lunas. Si perempuan bagus pertama mendapat kuitansi & uang yg aku sodorkan dengan aktualisasi diri terkejut. "Sebentar Mas ya," sambil berlalu menuju ke penjaga optik lainnya yg sedang mengelap beberapa frame kacamata berkualitas di optik tunggal. Mereka tampak berbisik-bisik membahas sesuatu yg rahasia yg ada di kuitansi, sambil sekali waktu melihat ke arahku. Berikutnya, si perempuan pulang berjalan ke arahku & berkata, "Baik, uang kekurangan pembayarannya saya terima." "Eh mana ya Si Kakek yg dulu melayani pembelian saya?" "Mas bertemu dengan Si Kakek kapan?" "Lah ya waktu mengubah lensa kacamata berkualitas di optik tunggal ini, mirip yg tercantum di tanggal pembelian," aku memilih tanggal yg tercantum di nota pembelian. "Apakah kakek yg Mas temui itu wajahnya mirip yg ada di foto itu?" Tanya Si Wanita sambil memilih ke sebuah foto mini di bawah jam dinding. Aku baru menyadari kalau ternyata ada sebuah foto yg sudah kusam di bawah jam dinding. "Iya sahih, memang itu Si Kakek yg melayani pembelian saya. Memang siapa si Kakek?" "Tadinya saya tidak ingin memberi tahukannya. Saat Mas menyodorkan kuitansi dengan membuktikan tangan Si Kakek, saya pikir Mas pembeli lama yg baru akan membayar hutang. Si Kakek pemilik optik ini. Beliau memang tak jarang menjual barang bahkan memberi hutang bagi pembeli yg kurang bisa." "Lalu Si Kakek kini di mana?" Si Wanita memberi aba-aba buat mendekatkan kepalaku. Dengan berbisik dia berkata, "Si Kakek sudah tewas setahun yg lalu." "Wah jangan bohong Mbak. Saya baru bertemu minggu lalu. Masak penglihatan saya salah?" "Ini sahih Mas. Si Kakek memang sudah tewas setahun yg lalu. Tanggal pembelian di nota itu ialah pas setahun meninggalnya Si Kakek. Perlu Mas ketahui, optik ini sedang libur 2 hari, karena pemilik & kami semua sedang berlibur buat memperingati setahun meninggalnya Si Kakek," ujar Si Wanita mencoba menjelaskan dengan aktualisasi diri meyakinkan. Aku terdiam sejenak. Faktanya, aku sendiri yg melihat & berbincang dengan Si Kakek. Katanya, pada tanggal tersebut, optik ini libur karena pemilik & karyawannya sedang liburan bareng. Jangan-jangan, Si Kakek sakti yg aku temui & menjual lensa ajaib itu ialah siluman? Ah, mengapa aku tidak coba lihat Si Wanita ini pakai kacamata berkualitas di optik tunggal ajaib, buat mengetahui apakah dia berbohong atau tidak. Ternyata, Si perempuan amanah mengatakannya. Hidung Si Wanita tidak berubah panjang mirip Pinokio. "Iya deh, saya percaya," jawabku dengan semua bulu menjadi berdiri karena merinding mengetahui kebenaran penerangan Si Wanita. "Baik Mas, uang kekurangan sudah saya terima. Ini saya beri sebuah lap kacamata berkualitas di optik tunggal menjadi diskon kejujuran membayar residu pembayaran." Si Wanita kemudian memberitahuakn sebuah kain lap berukuran lebih kurang 15cm x 15cm berwarna merah. Padahal biasnya kain lap kacamata berkualitas di optik tunggal tersebut berwarna orange atau kuning. "Cara menggunakannya, usap lensa dari kiri ke kanan. Jangan menggosok lensa mirip mengelap piring, buat menghin dari lensanya tergores." Si Wanita memintaku melepas kacamata berkualitas di optik tunggal yg aku pakai & memperagakan cara mengelap lensa kacamata berkualitas di optik tunggal. "Nah silahkan dicoba kini," pinta Si Wanita. Aku mencoba memakai pulang kacamata berkualitas di optik tunggal yg sudah dibersihkan sang Si Wanita. Benar saja, pandanganku tgampak begitu jernih & bening ketika melihat formasi kacamata berkualitas di optik tunggal yg ada di etalase. Aku sapu pandanganku ke arah dinding yg masih ada poster produk kacamata berkualitas di optik tunggal. Semua tampak begitu bagus & lebih berwarna. Namun yg membuatku terkejut ialah ketika pandanganku terarah ke Si Wanita. Mengapa Si perempuan tampak tidak berpakaian? Aku segera mengalihkan pandangan & melepas kacamataku. "Bagaimana Mas, sudah bersih kacamatanya?" "Eh iya.. sudah bersih... Bagus bodynya... Eh lensanya..." Jawabku dengan keringat dingin mulai mengalir. Aku tidak habis pikir. Keanehan apalagi yg terjadi pada kacamataku ini. Perlahan aku mengalihkan pandangan ke Si Wanita penjaga Optik, & ternyata dia berpakaian lengkap. Kesimpulanku, absolut ini efek lensa kacamata berkualitas di optik tunggal yg diberikan sang Si Kakek. Lalu mengapa kini berubah menjadi kacamata berkualitas di optik tunggal tembus pandang ala Superman? Karena bertanya-tanya, aku coba kenakan pulang & melihat ke arah Si Wanita. Aneh... Ternyata Si Wanita masih tetap tampak dengan kostum semula. Apa mungkin ini efek dari lap kacamata berkualitas di optik tunggal yg berwarna merah ini? "Saya coba lapnya Mbak ya. Perhatikan apabila saya salah menggunakannya," pintaku sambil memegang kacamata berkualitas di optik tunggal di tangan kiri & kain lap merah di tangan kanan. Aku menggosok lensa dengan searah berdasarkan instruksi yg diberikan Si Wanita. Setelah mengelapnya, aku menocba memakai kacamata berkualitas di optik tunggal pulang dengan jantung berdebar. "Benar saja..... Benar saja...." Gumanku ketika melihat Si Wanita dari balik kacamataku. Aku arahkan pandangan ke Si Wanita lain yg sedang berdiri menata kacamata berkualitas di optik tunggal di raknya. Hasilnya sama. Si Wanita juga tampak polos saja. "Apanya yg sahih Mas?" Tanya Si Wanita yg berada di depanku. "Eh ini kacamatany jadi lebih kentara & bening," jawabku dengan tangan gemeteran karena nisbi shock juga melihat 'pemandangan' dari kacamata berkualitas di optik tunggal aneh ini. Wah kacamata berkualitas di optik tunggal ini absolut bermanfaat buat petugas keamanan bandara atau tempat lainnya, agar mereka gak perlu menggeledah pengunjung, tetapi nisbi dilihat memakai kacamata berkualitas di optik tunggal tembus pandang ini saja. Setelah mengemas kain lap buat aku tuang di saku, aku segera berpamitan kepada 2 perempuan bagus penjaga toko, sambil tetap memakai kacamata berkualitas di optik tunggal tembus pandangku. "Haduh... keanehan apa lagi yg aku akan alami berikutnya dengan kacamata berkualitas di optik tunggal ini," pikirku sesaat sehabis meninggalkan optik tersebut. Perlu hati & pikiran bersih buat menggunakannya. Bisa enggak ya? ___________________________________________ FIKSI INI HANYA BOHONG BELAKA :P

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top