Senin, 08 Januari 2018

Instruktur Origami itu Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Instruktur Origami itu Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Salah satu kegiatan rutin di penghujung minggu merupakan berbelanja buat memenuhi lemari es dalam seminggu ke depan. Maklum gak timbul mas-mas atau mbak-mbak yg jualan keliling. Jadi seminggu sekali si kulkas itu wajib ngempet buat berikan tempat sebagai gudang bahan produksi tenaga kita bertiga.

Suatu minggu di penghujung tahun 2013, mirip biasa belanja mingguan. Kali ini berdua bareng suami, belanja ke arah Miyoshi, kota tetangga, lebih kurang 20 menit menurut tempat tinggal mengendari mobil. Begitu masuk Jusco Mall grup menurut AEON yg merajai Jepang Tengah ini sudah disambut bareng meja akbar membangun ruang terbuka yg meriah. Dengan gambar Santa Klaus yg menggunakan sweater merah sangat menarik perhatianku. Aku ikuti impian hati, buat melihat apa yg sedang dilakukan sekelompok orang-orang Jepang ini.

Awalnya perhatianku penekanan dalam tulisan origami yg di sebelahnya timbul output origami yg disusun membangun Santa Klaus raksasa. Ternyata gambar itu tidak timbul hubungannya bareng keyakinan kepercayaan tertentu, hanya kebetulan komunitas itu bernama "Santa".

Ada 3-4 orang di duduk di depan beberapa meja akbar, masing-masing orang dilingkupi beberapa anak & orang tuanya. Ternyata orang-orang itu sedang berposisi sebagai pengajar. Setelah diperhatikan, ketiganya merupakan orang-orang yg memiliki kebutuhan khusus. Mereka sedang menjalankan kiprah sebagai pelatih origami dalam kegiatan pencarian dana.

Mereka mengajari origami dalam pengunjung, khususnya  anak-anak. Telaten sekali, & pengunjung anak-anak seusia TK & SD kelas 1-3 itu terlihat sangat menikmati. Yang tidak kalah vital, senyum diwajahnya tidak pernah surut selama mengajari origami.

Begitu aku mendekat, seseorang menyampaikan kursi. Dengan senang hati, aku mulai minta diajari, & jadinya bener-bener lupa tujuan primer buat belanja. Kemudian lantaran pengen banget ngerti, aku mulai penasaran. Karena merasa kesulitan meladeni pertanyaanku apalagi Bahasa Jepangku mungkin susah ditangkap oleh anak-anak penyandang kebutuhan khusus itu, keliru satu pengurus merogoh alih.

Sambil terus lanjut mengajari origami ini ibu-ibu pengurus itu menceritakan bagaimana mengajari beberapa orang berkebutuhan khusus ini supaya bisa mengajari origami buat orang lain. Mereka yg kenyataannya kurang menurut anak yg normal, tidak pertanda kelemahannya. Tetapi kelemahan itu ditutupi bareng kemampuannya buat mencari dana buat melancarkan segala sesuatu yg berkaitan bareng tempat mereka beraktifitas sehari-hari. Sangat terharu mendengar ibu-ibu pengurus itu bertutur, bagaiman cara membimbing anak-anak berkebutuhan khusus itu.

Bagaimana mereka mencari dana? Sempat aku lirik kotak amal yg diletakkan di atas meja. Pengunjung Mall yg tertarik, dipersilakan duduk. Dan dipersilakan menentukan bentuk origami & motif kertasnya, lalu  diajari cara melipat. Begitu terselesaikan diajari, si pengunjung anak-anak memasukkan uang disertai membungkuk sembari mengucapkan Terima kasih sudah mengajari origami, sangat menyenangkan.

[caption id="attachment_333068" align="aligncenter" width="300" caption="Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), menjadi pelatih origami (dok.tertentu)"][/caption]

Berapa yg dimasukkan? Macam-macam, lantaran 1 Yen (anggap aja 1 Yen= 100 Rup) masih bernilai, timbul anak yg bareng riangnya memasukkan 1 Yen satu per satu hingga habis yg timbul digenggaman tangan mungilnya. Sebetulnya, bukanlah hal yg luar biasa, di mana pun sudah poly yg mencari dana bareng cara mirip ini. Yakni, bareng menerangkan kebisaannya, berharap donatur lebih mengulurkan tangannya. Dengan begitu dana yg diterima akan semakin lebih bisa meyakinkan pemberi dana, bahwa dana yg diterima bisa digunakan buat memperbaiki apa yg sudah timbul.

Tapi masih maupun timbul yg pertanda kelemahannya buat mendapatkan simpatisan pemberi dana, sayang sekali. Padahal orang-orang yg secara kacamata berkualitas di optik tunggal normal merupakan kurang, jikalau dibimbing, bisa maupun menjadi pelatih buat mengembangkan ilmu bareng yg lain. Dengan begitu, kekurangan diri bukanlah kendala buat menerangkan kemampuan  diri. Dan yg terpenting, bisa memproduksi dirinya semakin Percaya Diri & memproduksi orang lain merasa bahagia.

Cerita terkait:

Kepikunan? Lawan bareng Origami
Ada Apa di Balik Lipatan Origami?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top