Pertama kalinya dalam seumur hayati, aku mengunjungi dokter mata. Bukan tanpa alasan, pengaruh nir baik berdasarkan penggunaan gadget seperti ponsel & laptop secara berlebihan serta kebiasaan membaca sembari berbaring menghasilkan kedua mata aku mengalami gangguan & harus diatasi sesegera mungkin.
Mata artinya satu dari organ yg paling penting, itulah sebabnya terganggu sedikit saja, cita rasanya seluruh tubuh menjadi kurang nyaman. Beberapa bulan belakangan ini aku merasa ada yg nir beres di kedua bola mata aku. Awalnya, ketika nonton bareng teman di rumah. Saat itu kami duduk di sofa yg jaraknya relatif jauh berdasarkan televisi. Sangat antusias bersama satu dari program tivi yg sedang menayangkan aneka macam fenomena alam berdasarkan seluruh dunia, secara bergantian teman aku membaca tagline berukuran mini yg terpampang di layar monitor, aku membisu saja sembari mengerutkan dahi, mencoba memfokuskan penglihatan. Berusaha melihat apa yg sedang teman aku baca.Tapi sia-sia, koordinator malah terasa pening alasannya adalah alfabet-alfabet mungil yg membangun serangkaian ungkap seperti kontiniu satu sama lain.
Satu bulan lalu, mata aku terasa semakin parah saja. Rutinitas sehari-hari seperti membaca jeda jauh & menyetir menjadi terganggu. Kali ini bukan hanya alfabet yg kontiniu, tapi penglihatan aku mulai menyebar menjadi seperti melihat bulir-bulir air yg membasahi kaca. Buram & pecah. Menyetir ketika petang & malam pun menjadi semakin sulit. Jarang pandang menjadi kian terbatas menjadi akibatnya harus ekstra hati-hati ketika mengemudikan tunggangan saat cahaya terbatas. Berusaha membiasakan diri bersama syarat mata yg mulai memburuk nyatanya bukan pilihan yg baik. Membaca sembari berbaring juga sulit buat nir dilakukan alasannya adalah sudah menjadi kebiasaan.
Nyatanya, mata tak dapat diajak kompromi, semakin hari aku semakin terganggu bersama penglihatan yg menjadi semakin nir terang tersebut, beberapa orang menyarankan buat mencoba memakai kacamata berkualitas di optik tunggal, & pada akhirnya aku putuskan buat mencoba membeli kacamata berkualitas di optik tunggal murahan yg banyak dijual di kawasan-kawasan perbelanjaan. Salah satu kacamata berkualitas di optik tunggal minus 0,lima bergagang hitam menjadi pilihan. Saya coba-coba menggunakannya, namun alasannya adalah memang kacamatanya bukan kacamata berkualitas di optik tunggal ukuran, maka cita rasanya kurang nyaman buat dipergunakan dalam waktu yg lama. Jadi, aku hanya menggunakannya pada saat tertentu, yakni saat menyetir & membaca saja.
kacamata berkualitas di optik tunggal yg aku beli secara serampangan itu akhirnya mendatangkan kasus baru, bukannya membaik, penglihatan aku malah makin parah. Mama aku lalu menyarankan buat segera konsultasi ke dokter mata buat dibuatkan kacamata berkualitas di optik tunggal ukuran yg didasarkan bersama syarat mata. Ini tentu saja bukan inspirasi yg nir baik, akhirnya aku mengunjungi satu dari klinik dokter mata yg letaknya tak jauh berdasarkan rumah.
Klinik khusus mata yg aku kunjungi ini terbilang lumayan besar. Ketika aku dipersilahkan masuk ke ruang dokter, aku tertentu dipersilahkan duduk di satu dari kursi di tengah ruangan. Sempat gundah sesaat sebelum akhirnya aku dimintai memakai sebuah kacamata berkualitas di optik tunggal khusus tanpa lensa yg massanya relatif berat. Saya tebak-tebak, gagang kacamatanya terbuat berdasarkan besi. Setelah itu, satu dari asisiten dokter memutar bergantian slide-slide bertuliskan alfabet aneka macam macam ukuran yg diproyeksikan ke satu dari dinding lebih kurang lima meter berdasarkan kawasan aku duduk. Mulai berdasarkan alfabet modal yg berukuran besar hingga susunan satu hingga lima alfabet berukuran super-duper mini berusaha aku tebak bersama mata terbingkai kacamata berkualitas di optik tunggal khusus tanpa lensa tersebut. Mata kanan aku dites lebih dulu. Ketika mulai sulit membaca alfabet yg ditampilkan di dinding, sang dokter pun mulai menyelipkan satu dari lensa ke dalam kacamata berkualitas di optik tunggal yg tengah aku pakai, seketika penglihatan mata kanan aku menjadi terang, tanpa kesulitan berarti, aku membaca tiap alfabet yg ditampilkan. Setelah mata kanan selesai menjalani test, mata kiri aku menuai giliran. Tak ada disparitas berarti antara test mata kanan & mata kiri, hanya saja, ternyata mata kiri aku lebih susah buat penekanan membaca alfabet yg ditampilkan. Hasilnya? Mata kanan aku minus 0,75 & mata kiri minus 1.
Pemeriksaan tak berhenti disitu saja. Saya dipersilahkan pindah kawasan duduk menghadap ke satu dari indera yg ditaruh sedemikian rupa diatas meja dokter. Mata aku kembali diperiksa bersama indera tersebut, lalu diperiksa secara mendetail lagi memakai kacamata berkualitas di optik tunggal seperti teropong yg kali ini dipergunakan sang dokter.
Keluar bersama perasaan lega berdasarkan ruangan dokter, aku melihat beberapa lemari kaca berisi kacamata berkualitas di optik tunggal-kacamata berkualitas di optik tunggal aneka macam model ditampilkan disana, mulai berdasarkan yg harganya seratus ribuan, hingga ada yg hampir 2 jutaan, tergantung merek, bahan, ketenangan & kualitas kacamata berkualitas di optik tunggal. Saya menyempatkan mencoba beberapa kacamata berkualitas di optik tunggal buat menemukan model & gagang yg cocok buat bakal kacamata berkualitas di optik tunggal yg dirancang. Pastinya aku mencari model kacamata berkualitas di optik tunggal yg didasarkan bersama bentuk paras aku. Setelah menemukan gagang & bingkai kacamata berkualitas di optik tunggal yg cocok, baik berdasarkan segi model & budget, aku lalu diberikan vitamin A & obat tetes mata yg mengandung juga mengandung vitamin A. Kunjungan ke dokter mata kali ini menghabiskan budget hampir satu juta rupiah, itu sudah termasuk biaya dokter, vitamin, & kacamata berkualitas di optik tunggal ukuran yg dijanjikan selesai dirancang satu hari setelahnya. Biaya dapat tidak sinkron tergantung kasus mata masing-masing orang.
Semoga pengalaman konsultasi ke dokter mata kali ini dapat menjadi review yg baik buat pembaca yg mungkin mengalami kasus mata seperti aku & ada niat buat konsultasi ke dokter mata. Saran aku, jangan lupa menyiapkan budget lebih. Persiapan kalau-kalau biayanya lebih mahal. Terimakasih.
Advertisement
Artikel Bermanfaat & Menghibur Lainnya
Tanpa Perlu Konsultasi ke Dokter, lima Hal Sederhana Ini Mencegah Jerawat Muncul di Wajahmu Lagi!
Penelitian Mengungkapkan, lima Bahaya Ini Akan Mengancam Jika Kamu Tak Rutin Periksa ke Dokter Gigi
Ingin Jadi Konsultan Manajemen? Lihat Dulu Poin-poin Ini Untuk Pastikan Apa Kamu Cocok Mengarungi Dunia Konsultasi Manajemen!
Dokter Curhat di Media Sosial, Begini Perdebatan Soal Profesionalisme & Etika di Era Kekinian
Tak Ada yg Salah Dengan Pilihanku Jadi Dokter Gigi. Dokter Gigi Juga Dokter Beneran, Kali!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar