Selasa, 23 Januari 2018

Kena ranjau Asuransi Axa & RS Premier Bintaro

Kena ranjau Asuransi Axa dan RS Premier Bintaro

Ini kali pertama aku berurusan beserta Asuransi AXA.  Sekalipun semenjak awal , ada rasa was was pada  anjau-ranjau asuransi,  namun apa salahnya kita memanfaatkan fasilitas yang disediakan asuransi yang ucapnya bonafide itu.

Fasilitas AXA redefining/insurance  yang tertera pada kartu aku, menggiurkan : porto dokter spesialis, porto dokter awam, porto obat, porto laboratorium, porto ambulans, porto rontgen semuanya sinkron tagihan,  alias nir terbatas + rawat inap Rp 1 juta perhari. Lumayen yen yen.   Jadi aku berpikir, lumayanlah fasilitas yang akan kami rasakan berdasarkan AXA insurance.

(dan berharap moga-moga Axa lebih baik  berdasarkan Prudential yang  tersohor beserta banyaknya  ranjau  yang ujungnya merugikan nasabah   https://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2013/09/27/awas-ranjau-asuransi-prudential-catatan-untuk-ahmad-dhani-593465.html).

Kemarin siang sengaja aku datang ke RS Bintaro Premier Bintaro Jaya. Membawa kartu asuransi AXA dan menanyakan beserta detail,  ranjau-ranjau asuransi,  mana manfaat yang dicover asuransi dan yang nir. Singkat cerita, petugas registrasi, Mbak Onih, beserta ramah menunjukkan kabar lengkap untuk asuransi AXA.  Saya menetapkan untuk memanfaatkan beserta konsultasi ke Dokter Mata.

Dari kabar panjang lebar Petugas Pendaftaran,  ketahuan apabila Asuransi AXA nir mengcover   porto inspeksi reflaksi, inspeksi yang berafiliasi beserta kacamata berkualitas di optik tunggal.  Selanjutnya Mbak Onih kemudian mem-print pada kertas kecil, manfaat asuransi AXA  + formulir klaim nasabah asuransi.

Saya memang  nir butuh inspeksi reflaksi atau inspeksi ukuran kacamata berkualitas di optik tunggal,  namun  aku butuh pengetahuan sang Dokter Mata ihwal obat terbaru dan terapi terbaru untuk mengurangi minus mata.  Kalau cuma ukuran kacamata berkualitas di optik tunggal, optik sahabat aku juga bisa. Jadi apabila aku konsultasi awal saja, untuk meminta obat mengurangi minus mata aku apa  itu termasuk reflaksi?

Petugas registrasi,mbah Onih memperlihatkan, Kalau konsultasi awal beserta Dokter Mata itu niscaya dibayar oleh asuransi. Namun apabila untuk pengobatan dan porto kacamata berkualitas di optik tunggal itu termasuk reflaksi, itu yang nir dicover asuransi. Jadi supaya tambah jelas, nanti dikala pemeriksaaan, mak bawa formulir klaim ini dan kertas kecil, yang berisi  kabar manfaat berdasarkan AXA asuransi.

Sip  jadi hampir dijamin, kali ini aku nir bakal kena   ranjau asuransi.

Jadwal Dokter Super Ngaret

Dengan mengantongi formulir klaim asuransi dan nomor registrasi,  sore hari aku balik lagi ke RS Premier Bintaro Jaya.  Di Dokter Mata yang praktek jam 3 sampai 5 sore,  aku kebagian nomor 5, dan diwanti-wanti paling lambat jam 17 sudah jadwal periksa dokter.

Saya datang  Pk 17 kurang 15 menit,  dan kebirit-birit wajib mendatangi  Customer Service lebih dulu. Ternyata nomor registrasi berdasarkan loket registrasi, wajib diganti dulu beserta kartu berdasarkan Customer Service.   Bikin usang aja deh   apalagi dikala aku datang, si CS sedang asyik bertelepon entah beserta siapa, sebagai akibatnya terlihat banget ia enggan melayani aku duluan. Saya jelaskan bahwa aku sudah ditelepon RS Bintaro dan dinantikan dokter, karena jadwal aku pk 17. Jadi tolong mbak, aku diurus dulu izin nir terlambat.

Ternyata Mbak CS malah memberi kabar, bahwa dikala ini dokternya baru memeriksa pasien nomor urut 1. Jadi kemungkinan aku yang nomor urut 5, masih 1 jam lagi giliran diperiksa. Hah? Padahal jelas-jelas dikala pada registrasi pada info bahwa jam 17, dihentikan lewat, aku dapat giliran periksa dokter. Hm, satu catatan nir baik berdasarkan RS Premier Bintaro.

Ternyata betul. Di Dokter Mata, akhirnya aku dapat giliran diperiksa awal  Pk 18.00 !

Itu juga yang memeriksa bukan dokter, namun asistennya beserta konsep baku,  memeriksa mata beserta indera untuk memilih minus atau plus mata.  Nah setelah diperiksa kurang lebih 10 menit, aku sodorkan formulir klaim dan kartu asuransi. Saya katakan, ini yang bayar asuransi, dan tolong berikan perawatan yang dicover.

Kepada petugas aku katakan,  bukan ukuran kacamata berkualitas di optik tunggal yang aku butuhkan,  karena tanpa ke dokter mata, aku sudah tahu ukuran minus mata aku. Saya kemari untuk meminta obat bagaimana mengurangi mata minus aku.

Pemeriksaan Diulang-ulang lagi

Singkat cerita, terselesaikan inspeksi baku yang  sejujurnya nir aku minta itu,  aku wajib menunggu kembali sampai pukul 19.00 untuk diperiksa dokter. Entah bagaimana ceritanya, pada dokter itu juga diulangi kembali inspeksi tadi.  Saya katakan kembali, yang aku butuhkan bagaimana mengurangi minus mata.

Setelah mendengar keluhan aku,  barulah  sang dokter berinsial A mengungkapkan kurang lebih 5 menit  beserta coretan seadanya,  mengapa mata manusia wajib minus, lensa cembung, dstnya.  Lalu dokter meminta perawat meneteskan obat mata, dan disuruh tunggu 30 menit untuk melihat reaksi obat tetes mata.

Setelah diteteskan obat dan nunggu 30 menit, akhirnya  Dokter memeriksa mata aku lagi.  Dokter mematikan lampu ruangan dan aku disuruh baca huruf-huruf  yang ada berdasarkan sinar indera periksa.  Setelah berkali-kali mesti baca, ternyata kesimpulannya, hasilnya mengecewakan.  Minus mata aku nggak berkurang. Jadi, ditetesi obat mata yang istimewa itupun ternyata  nir ada impak signifikan. Keminusan mata permanen saja nir berkurang. Penantian berdasarkan Pukul 17 sampai Pukul 20, nir menjawab persoalan aku.

Ditagih Bayar karena nir termasuk fasilitas Asuransi

Setelah  urusan beserta dokter terselesaikan, aku  menuju Kasir Rawat Jalan mbak Ratna, untuk menyelesaikan porto. Ternyata  Mbak Ratna beserta muka memelas membicarakan porto konsultasi beserta Dokter Mata nir dicover asuransi. Karena Dokter Mata menulis inspeksi tadi  adalah MYOPI.  Jadi aku wajib membayar sendiri porto dan obatnya.

Terang saja, aku terkaget-kaget. Bagaimana sih, tadi siang aku sudah sengaja membuat repot diri untuk antisipasi jangan sampai kena ranjau ranjau asuransi, sekarang ucapnya aku wajib bayar sendiri. kurang lebih Rp 625.000 untuk inspeksi yang amanah bagi aku TIDAK BERMANFAAT optimal.

Si kasir kerepotan menghubungi kembali dokter dan perawat, dan ucapnya dokter mata sudah pergi, jadi nir bisa diubah, bahwa inspeksi tadi  MYOPI dan itu TIDAK termasuk yang dicover asuransi. Total tagihan untuk inspeksi mata yang bonusnya Cuma tetes mata adalah Rp 325.000 yakni Rp 300.000 untuk gaji dokter + Rp 25.000 untuk administrasi.  Ada resep obat yang apabila nir keliru Rp 300.000.  Jadi total porto Rp 625.000 untuk inspeksi mata yang TIDAK MENJAWAB konflik aku,, kebutuhan aku.

Setelah berdebat  tiga puluh menitan beserta kasir, dan aku mantap membicarakan, aku nir mengerti celoteh kedokteran,  apa itu MYOPI atau REFLAKSI,   yang nir dicover asuransi.  Saya datang ke sini karena punya hak untuk memanfaatkan fasilitas asuransi. Dari awal registrasi sudah aku tegaskan, aku nir mau membayar apapun sebagai akibatnya tolong berikan pelayanan yang dicover asuransi.

Akhirnya si kasir membicarakan,  Ya sudah izin nanti pembayaran ini aku yang tanggung.

Lho? Kenapa kasir yang tanggung?   Agak aneh bin ajaib buat aku. Yang lucunya, karena aku nir mau membayar porto konsultasi dokter, maka fasiltas obat (yang seharusnya termasuk hak aku menjadi nasabah asuransi) ternyata nir bisa aku rasakan.

Pengalaman Negatif beserta AXA dan RS Premier Bintaro

Sekali lagi, itulah pengalaman pertama yang  negatif  beserta Asuransi AXA  pada RS Premier Bintaro.

Pengalaman nir baik, karena  terbukti sekali lagi,  ranjau-ranjau asuransi apapun, terutama AXA  sangat membuat repot,  menjengkelkan, sampai merugikan nasabah.

Pengalaman nir baik pada RS Premier Bintaro,  lamanya menunggu, dan  pelayanan dokter  yang  ternyata nir mampu menjawab problema  aku juga.

Moga-moga pengalaman kena  "ranjau"  asuransi ini bisa jadi cermin, masih permanen ada pelayanan yang merugikan nasabah asuransi dan pasien tempat tinggal sakit, yang ucapnya bonafide itu. Waspadalah. Waspadalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top