KOMPAS.com - Pernahkah Enda membayangkan berjalan-jalan di dalam replika virtual sel tubuh Enda memakai teknologi virtual reality? Teknologi yg sebelumnya digunakan dalam beberapa permainan itu, kini digunakan buat penelitian sel kanker.
Penelitian memakai teknologi tersebut dijalankan sang para peneliti di University of New South Wales, Australia. Mereka membentuk teknologi inovatif ini buat mengkaji secara detail sel kanker dalam tubuh insan.
Profesor asosiasi, John McGhee artinya orang yg menjalankan laboratorium Estetika Visualisasi 3D, wilayah teknologi tersebut dikembangkan.
"Kami merogoh data menurut scan PET pasien buat memvisualisasikan data," istilah Prof McGhee dikutip menurut ABC News, Selasa (19/12/2017).
Baca juga: Teknologi Grafis Film Harry Potter Bantu Ilmuwan Pahami Struktur Otak
Dengan teknologi permainan 3D ini, para peneliti mengubah data sebagai bentangan empiris virtual yg interaktif.
"Enda tidak lagi melihat sesuatu di layar, melainkan melihat sesuatu dengan cara yg sungguh nyata dengan sebuah perangkat, jadi, ini seperti seandainya Enda berjalan-jalan di dalam sel," ungkap Prof McGhee.
"Ini akan membantu proses inovasi ilmiah, alasannya adalah kita dapat melihat bagaimana sel berperilaku dengan cara yg belum pernah dilakukan," imbuhnya.
Di masa depan, para pasien kanker dapat melihat versi virtual dirinya sendiri. Dengan cara ini, mereka dapat melacak di mana perawatan obat berakhir di tubuh mereka.
Profesor Maria Kavallaris menurut Children's Cancer Institute yg merogoh bagian dalam penelitian ini menyebut hal ini akan membantu para dokter & pasien.
"Enda dapat membayangkan bahwa Enda mungkin pulang ke dokter & di bawa berjalan-jalan ke tubuh Enda, melihat visualisasi di mana letak penyakit & apa pilihan perawatan potensialnya," ungkap Prof Kavallaris.
"Ini akan memberdayakan pasien buat menciptakan keputusan ihwal perawatan mereka," sambungnya.
Profesor Mcghee juga membicarakan bahwa pasien kemudian dapat membagikan dalam famili & sahabat mereka apa yg terjadi.
Baca juga: Teknologi Baru Ungkap Kerusakan Mata impak Gerhana Matahari
"Saya pikir ini artinya dikala yg sangat menggembirakan," istilah Prof McGhee.
Teknologi ini juga memungkinkan para ilmuwan buat berkolaborasi dengan cara baru. Para ilmuwan dapat bekerja sama dengan kolega mereka dalam terobosan medis.
Para ilmuwan bahkan dapat salaing mengeksplorasi & mengomentari ilustrasi virtual yg sama dalam dikala bersamaan.
"Pendekatan ini hampir seperti perjalanan lapangan virtual," ujar Prof McGhee.
Kekaguman atas temuan ini juga disampaikan sang Profesor Kavallaris. Ia mengutarakan hal itu selesainya mencoba sendiri teknologi ini.
"Pertama kali saya memakai perangkatnya, saya sungguh termakan. Ini seperti pengalaman fiksi ilmiah," katanya.
Penelitian ini sendiri adalah kolaborasi dengan ARC Centre of Excellence in Convergent Bio-Nano Science and Technology. Para pakar menyebut teknologi ini dapat digunakan buat melatih para ilmuwan di masa depan.
Teknologi baru ini sudah diujicobakan dalam mahasiswa Ilmu Farmasi yg mengkaji kanker, buat menaikkan pemahaman mereka.
Baca juga: Bagaimana Teknologi Foto Udara Menguak Misteri Struktur Kuno di Arab?
"Kami sekarang mendapatkan data yg ditunjukkan dengan meletakkan perangkan & berjalan dalam virtual reality, kami sudah melihat peningkatan signifikan dalam output ujian mereka, dibanding dengan media tradisional," ungkap Prof McGhee.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar