Mimis Job
Suatu pekerjaan atau jabatan, andai saja diberikan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya! Itu tutur pepatah.
Tapi bekerja sinkron tutur hati serta sinkron hoby maka pekerjaan itu akan terasa ringan serta menyenangkan. Bagus juga hasilnya. Itu yang dialami Mimi. Dari pekerjaan satu ke pekerjaan lainnya Mimi berpetualang. Melahirkan beribu kisah yang mengharukan, menyedihkan serta menggelikan.
Petugas Sirkulasi Yang Imut
Suatu siang yang panas, Mimi menjejakkan kakinya pada lantai 2 perpustakaan umum. Keadaan kantong lagi cekak sementara jiwa kutubukunya telah haus baca, maka solusi satu-satunya yang paling kondusif bin murah meriah ialah perpustakaan.
Sebenernya males berkunjung ke perpustakaan. Bagaimana nir? Begitu tiba langsung dihadang sang muka burung hantunya sang petugas genre. Dengan khas wajahnya yang kaku, dilengkapi beserta perangkat kacamata berkualitas di optik tunggal baca yang melorot sekian senti berdasarkan bola matanya, dia duduk pada meja sambil matanya sekali waktu menatap dingin ke sekitar ruangan. Bika terdapat yang ribut sedikit, Ia langsung jadi wasit.
Sssttttjangan ribut! Ini perpustakaan! Bukan pasar ayam! sambil ngasih aba-aba begitu dia akan menekukkan tatapannya dibarengi beserta kacamata berkualitas di optik tunggal yang melorot ke bawah.
Ampun! Boring banget. Bika bertanya mengenai kitab yang dicari, serta merta dia akan menerangkan kartu catalog yang tersusun rapi pada kotak-kotak pada sudut kanan meja genre. Padahal nyari catalog buat orang awam peningnya melebihi berdasarkan mencari bukunya itu sendiri.
Tapi kali ini Mimi telah kepepet banget. Darahnya telah menggelegak ke ubun-ubun, memanggilnya buat segera membaca! Membaca. Kalau nir dilaksanakan panggilan jiwa itu, Mimi takut wajahnya jadi mengkerut, keriput. Secuil otak kanannya kering kerontang, kayak kopra yang telah kena pembakaran. Atau lebih serem lagi, kayak vamfire yang kebakar cahaya. Hiiiisyereeemmm.
Itulah! Mimi sekarang menguatkan hati serta jiwa buat menjejakkan kakinya pada gudang kitab perdeo ini. Dengan kaki berjingkat takut menimbulkan suara, Mimi hingga juga pada depan meja tamu. Petugas jaga menyorongkan kitab pengunjung. Mimi mengisinya tanpa bersuara.
Tap! Tap! Kakinya melangkah memasuki ruangan Perpustakaan. Betul saja, pada balik pintu, Petugas genre telah menyambutnya beserta tatapan tidak aktif.
Pak, aku mencari kitab Sosiologi Pedesaan serta beberapa kitab sastra usang
Petugas genre mengangguk. Tangannya mempersilahkan mencari catalog pada kotak. Mimi menggeleng.
Saya cari saja langsung pada rak ya Pak. Sudah tahu kok dimana letaknya!
Si petugas mengangguk lagi. Wajahnya sedingin salju. Amboyy Emak
Tiba-tiba timbul inspirasi konyol pada otak Mimi.
Pak, Bapak sariawan ya?
Si Petugas yang telah menunduk taat pada kitab tebal pada hadapannya, tengadah. Memicingkan mata, menggeleng.
Tidak ya? Ooohh atau..sakit gigi? Bapak sakit gigi?
Kali ini si petugas mendelikkan mata, menampakkan wajah sangarnya. Rasanya badan Mimi mengecil mirip semut saking ciutnya.
Kamu mau nyari kitab atau wawancara? suaranya menggelegar badai. Haiikkk!!!
Aduhh..Sstttt..jangan ribuuuttt Pak. Ini ruangan baca lho. Tuh lihat, pengunjung pada menoleh ke sini! Mimi nyengir seraya menyindir. Lumayan, tuh wajah si Bapak telah tampak mirip insan. Bukan patung lagi. Hihihi
Kalau Cuma mau main-main, silahkan pada luar! si Bapak jadi naik kuda. Ehh naik pitam.
Aduh Pak, maafff. Saya Cuma mencoba bersilaturahmi saja sama Bapak. Saya kan pengunjung setia perpustakaan ini Pak. Masa tidak boleh sekali waktu bersilaturahmi
Silaturahmi nanti Lebaran. Kamu nggak tahu ini Perpustakaan?
Ihhh tutur siapa Gedung Dewan pak? Ya tahulah!
Nah kalau telah tahu, engkau tahu kan aturannya kalau pada Perpustakaan? Datang ke sini tuh buat melihat, membaca
Itu kalau sama kitab. Tapi Bapak kan bukan kitab. Bagaimana aku sanggup melihat serta membaca? Wong pada wajah Bapak gak terdapat hurufnya kok! Mimi makin ndablek.
Wajah si Bapak kelihatan lebam. Menahan amarah serta mungkin rasa ingin sesuatu. Campur kocok beserta rasa ingin buang angin. Aduh ni anak. Wajah sama kelakuan nggak singkron banget. Pake jilbab akan akan tetapi ngacangin orangtua. Kalau saja kertas, mungkin berdasarkan tersebut udah diremas-remas hingga lecek. Bathin si bapak ngedumel.
Kalau engkau masih mau ngobrol, mari ikut aku ke luar! sambil ngomong begitu, si Bapak menarik tangan Mimi serta membawanya keluar ruangan Perustakaan. Spontan saja Mimi meronta. Terjadi adegan tarik menarik dalam gaya slow motion. Kebayang kan? Mereka tampak mirip sepasang aktris India yang sedang beradegan romantis.
Heiheihei, terdapat apa ini? suara berat namun terkesan berwibawa membangun kegiatan 2 orang yang beradegan film India itu berhenti.
Pak genre itu manggut serta langsung membawa tunduknya begitu melihat siapa yang tiba. Mimi menatap Bapak berwajah bersih serta berpeci itu diiringi senyum innocent.
Siang Pak. Maaf, Mimi mau nyari kitab rujukan nih. Ohya, Bapak masih ingat kan sama Mimi? Mimi pengunjung setia perpustakaan ini lho! sapa Mimi.
to be continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar