Minggu, 11 Februari 2018

Sembuhkan Penyakit menggunakan Keharmonisan Jiwa & Raga

Sembuhkan Penyakit beserta Keharmonisan Jiwa dan Raga

BANYAK orang percaya, jikalau kita sakit, bukan berarti fisik yang tengah jatuh sakit tapi jua jiwa. Barangkali ini yang jadi satu dari lantaran boomingnya terapi holistik belakangan ini.

Banyak orang mengikuti terapi holistik agar terbebas dari bermacam-macam penyakit. Maklum, terapi ini menawar sepotong-sepotong. Seseorang yang menderita penyakit berat tak hanya mendapatkan sentuhan raga dari teralis holistik, "Kami jua melakukan penyembuhan beserta mengembalikan keharmonisan tubuh, pikiran, dan jiwa," ujar Nugdha Achadie, terapis dan fasilitator klinik holistik True Nature Healing.

Dalam terapi holistik, seseorang terapis akan mencoba menyelaraskan 3 komponen yang menghipnotis kehidupan manusia, yakni jiwa, raga dan kontak sosial. Seperti istilah Nugdha, manusia memang tak terlepas dari ketiga unsur itu dalam hidupnya.

Terapi beserta pendekatan holistik ini sudah terdapat semenjak ribuan tahun silam, dan dikenal sebagai bisa menunjang vitalitas dan peningkatan psikologis seseorang agar dapat hidup beserta kualitas optimal.

Hanya saja, terapi ini sempat dilupakan orang yang akan terjadi kemajuan ilmu kedokteran teranyar. Tapi, belakangan orang sadar, obat-obatan kimia yang kini menjejali tubuh manusia, membawa imbas buruk. Orang pun pergi berpaling dalam pengobatan alternatif, salah satunya terapi holistik.

Sembuhkan, bukan mengobati

"Terapi holistik sejatinya ialah penyembuhan," ujar Nugdha. Ada disparitas fundamental antara pengobatan dan penyembuhan. Pengobatan merupakan upaya menghilangkan menunjukan-menunjukan penyakit saja. Sementara penyembuhan ialah proses mengembalikan keharmonisan tubuh, pikiran dan jiwa.

Menurut kacamata berkualitas di optik tunggal terapi holistik, penyakit fisik sejatinya berasal dari pikiran dan ketidakikhlasan manusia menjalani kehidupan. Hal itu lalu menghipnotis dan mengganggu organ-organ dalam tubuh. "Jika fungsi organ mulai terganggu, terdapat banyak penyakit fisik yang lantas terdapat," ujar Nugdha.

Kesiapan pasien, istilah Nugdha, memiliki kiprah terbesar dalam proses penyembuhan ini. Pengikut terapi holistik harus percaya kalau tubuh ialah media penyembuh terbaik. "Pasien harus sadar jikalau mereka ialah penyembuh terbaik untuk dirinya sendiri," ujar Nugdha. Niat dan latihan rutin sinkron arahan terapis mempercepat kesembuhan pasien.

"Jangan berharap terapi ini dapat berlangsung cepat alias instan," timpal Ning Hermanto, pemilik Klinik Herbal yang jua menyelenggarakan terapi holistik. Sebab, dalam terapi ini, pasien akan diajak belajar menyembuhkan diri sendiri, dan ini butuh waktu.

Eva Jeumpa, Chief of Gastroenterology Division, Department of Pediatrics, RSIA Harapan Kita bilang, ilmu kesehatan selama ini jua menyakini penyakit dapat berasal dari lingkungan, psikologis, dan kehidupan sosial. Makanya, dalam penyembuhan teranyar yang berkembang ketika ini, dokter jua wajib memperhatikan kondisi jiwa pasien. "Tapi tetap jua disertai beserta pengobatan kimia yang sudah teruji," ujar Eva Jeumpa.

Ini tidak selaras beserta terapi holistik yang umumnya disertai beserta penggunaan bahan-bahan herbal sebagai obat. "Pengobatan herbal inilah yang harus diuji dulu," ujar Eva.

Makanya, Eva menganjurkan pasien lebih dulu mengunjungi dokter sebelum mengobati penyakit lewat terapi holistik. Terlebih, jikalau terapis menyampaikan ramuan herbal. (Sanny Cicilia Simbolon, M. Fasabeni)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top