< as=sNom"Su daaarsalbhearfrai rau eiana ptkl sskfgrmmipinbnsa ini. spnagsatu dswralbhii many p yang diharapkan rakyatdari keemptfigu n ahaitruu.Iikenaany.Naay aytmsi eta iira ikn a d py serius pmrintah nu eghntknkeiknn aa pemipnmlhsbkmnau iidn pilpres. Tahun depan. Klop!
Partai-partai politik & para anggota dewannya sama pula, menyibukan diri berlomba memperkaya diri & saling mempertahankan posisi. Kongkritnya mereka lupa menggunakan tugas, apalagi janji & tanggung jawabnyapada rakyat yang memilih.
Setiap hari, pemberitaan media elektronik maupun cetak yang menjadi topik selalu saja ribut-ribut antar parpol, antar anggota dewan bahkan dalam diri parpol itu sendiri tak ada kesepahaman. Lantas kapan mereka akan memikirkan rakyat?
Saya khawatir jikalau hal ini selalu dibiasakan akan menjadi gejolak sosial. Saya khawatir jikalau hal ini selalu dibiasakan akan menjadi gejolak sosial.
Ada benarnya jikalau carut marutnya tatanan bangsa ini di kaitkan menggunakan ramalan Ronggowarsito dalam kitabnya yang mengungkapkan, bahwa di Zaman Edan siapa yang nir edan nir kebagian. Orang waras diklaim nir waras, tetapipenjahat negara diklaim menjadi pahlawan. Walaupun begitu, menurut Ronggowarsito, sebaik-baik orang di Zaman Edan adalah mereka yang ingat & waspada (eling lan waspadha).
Melihat fenomena sosial akhir nkpnRonggoasito, aka aang satu zaman sebgai zmnea.Y,seaagiizmn n iasdberau<p <>br>>
lass="soDi z
yaaggaanorraa,,ssmmaaakan erkeeaaiian eeggn yann oomml. iiaanormallya iinnggrr ttnn sesuuur ndonesia ini, aayyrrkatnnaattiiaa aaaa antteedd aalaiiddss mengambblljjtthhbbrrssrrssii!!>
>
cass=MoNormal">Di zaman ysNral>go
me manuuia engalahkan emua erasaaa senasbb & eeeejjaanggann..KKtt iiiiii ddllmmssttaass iiaaaa aku meeggllhhaa mmkk aauuaaaa/em>> Siapaa aaaa siaapa menang..SSaapp kamu siaaaaaakk..SSaaaassrr sapa nnssnn. Solidaritaassyynn terbentuu eeuuaaaa soliiddaarrttaa sseemm,, aaeeaatterrentukk uukknnsskkaa aaiiggmmnnggaaggiissssmm,, melaiikknnaappkkkkppeenniiggaa praattii..>/p> p class=""MsoNormaa""KKccnneeuuggnnyyanng eejaaii aall perreeoonnmmaannbbnnss ni pula mrrppkkn eeeeuunn belaaka. ertummuua ekonomi kat eessnnpndduuuk, an aag 88 pren ittu iiddpp alam himmiiaa krisis yaaggbbggiiuuddhhaa../p> <>p <pcas"MsNral">Pun dMooml>ogikka kkl eeaattkktt suuaa ttddkkbbss memaahhaaiimmnnaaaahhlliinn diaaggaa wajjarr..LLggkk kkaaddllnnrrmmuu,, ammbbuu.. eeaannaa hhddup eessaaaa dalam uuasaannaakkaaiiaa nir aaiimmnjadi aaggaann aaiiccrr bberpikir, em>bboooobbrr<e> etindak beraa u ia aaskl.Smasradba tidakjlsatrnmina eu dprana oiapltk yang mengejar setoran! Soa-lhaanamntaa a eaina<pbr>
Apalagi dalam dunia politik, politik berada di bawah bayang-bayang kekuasaan para pemodal hitam. Mereka bekerja begitu licin hingga hampir-hampir nir terungkap gerak-geriknya, walau semua orang mencicipi kekauatannya. Publik sanggup mencium bau nir sedap di mana orang-orang dalam kekauasaan bermain menggunakan jurus lobi-lobi. Semua nir terlihat, tapi nyata!
Wong kere menggurita di mana-mana, pengangguran menyebar dari pelosok hingga pusat kota. Realitas ini sebenarnya sudah dirasakan & di baca sang elite politik. Tetapi mereka ini memang nir punya telinga & memakai kacamata berkualitas di optik tunggal las untuk melihat & mendengar jeritan itu. Telinga mereka tersumbat peredaran modal. Mulut mereka nir lagi sanggup menyarakan hati nurani sebab sudah tergadai sang kepentingan uang. Inilah yang menciptakan korupsi bertumbuh subur. Korupsi di Republik ini seolah-olah dijamin sang aturan. Tentu saja aturan yang tak normal. Orang yang normal akan berteriak-teriak: tegakkan aturan! Dan, yang mau ditegakkan nir mau menegakkan dirinya sendiri.
Kita memang berada dalam hidup yang penuh menggunakan kebuntuan. Kita buntu berpikir mengenai kesejatian hidup. Kini yang ada hanya cita-cita yang penuh kepalsuan. Ya, ini zaman yang nir normal di mana yang normal diklaim nir normal, & yang nir normal diklaim menjadi normal. Kita nir sadar bahwa sebenarnya kita hidup di zaman yang nir normal, namun terus-menerus berpikir seperti orang normal.
Dekadensi moral & ketimpangan sosial, sudah diteropong sang pujangga supranatural, Ronggowarsito beberapa abad silam. Ke-edan-an itu seperti nir sadar merasuki setiap orang. Secara mistik, impak-impak itu bersumber dari kekuatan iblis-iblis yang mulai terperinci-terangan munculdi permukaan. Hal ini didasarkan menggunakan perkembangan zaman yang tengahmemasuki akhir dari peradaban manusia sebelum akhirnya bencana besar, kiamat!
Hanya obat spiritual yang diyakini sanggup mengobati penyakit-penyakit sosial seperti kini ini. & tabib yang ditunggu-tunggu membawa obat itu adalah Ratu Adil, seseorang penguasa bijak yang adil & bijaksana. Siapakah mereka sebenarnya, adakah mungkin diantara para pembaca tulisan ini adalah Ratu Adil tadi? Ya, mungkin kita masih perlu ketika untuk menunggu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar