poster: repro * ALASKA, 1983. Bukit yang diselimuti salju, malam. Pemandangan memakai kerlip lampu, & menukik ke sebuah gerakan cepat. Lalu close up dalam gedoran sebuah pintu: brak! Dan tersebutlah seseorang wanita mungil berantakan, ancur-ancuran serta bersimbah-darah memakai tangan terantai juga, Jangan jangan bunuh aku! Cindy Paulson, 23 tahun, tinggi 158 cm terbilang mungil untuk ukuran Amerika. Ia, wanita elok untuk seseorang penari semi telanjang & atau nyambi sebagai Wanita Jalang jalanan dalam suhu dingin wilayah Alaska. Penderitaannya itu baru permulaan perjalanan panjang & pengungkapan sebuah duduk perkara perkosaan & penghilangan nyawa berantai. Sebuah kisah nyata yang mengiris. Ini film drama. Tidak muncul action-nya, istilah penjaga loket dalam Metropolitan Teater tempat aku akan menonton film The Frozen Ground, yang dirilis Agustus 2013. Terasa aneh, namun boleh juga. Mungkin ia bermaksud untuk menyampaikan sedikit ilustrasi perihal film yang dibintangi aktor sekelas Nicholas Cage & John Cusack yang sudah tidak berbilang kutonton akting keduanya: Con Air, Face Off, Book of Ely & Factory.
Film memakai durasi standar, dalam kisaran 60 menit lebih, sebuah film panjang perihal penderitaan Cindy, sang PSK kelas jalanan sekaligus penari telanjang, striptease yang sebagai hiburan standar dalam Negera bagian Paman Sam. Namun sang PSK (diperankan memakai bernas Venessa Hudgens) yang sudah menjalaninya semenjak usia tujuh belasan itu kali ini bertemu memakai seseorang lelaki psikopat. Mengikat, memperkosa, & kemudian membawa Cindy memakai pesawat berkapasitas penumpang 2 orang ke hutan. Lalu dilepaskannya bagai rusa, & sebagai perburuan memakai senapan laras panjang. Dor! Sebuah kepuasan tiada tara bagi sang pembunuh yang diperankan sangat indah John Cusack. Sesungguhnya, sang pembunuh itu lelaki sukses pemilik sebuah rsto & suami baik-baik memakai 2 orang anak. Sang istri demikian religius, dalam mana tiap makan beserta selalu mengingatkan doa sebelum mengudap. Bahkan ketika tergambarkan dalam flashback, duduk perkara perkosaan terhadap Cindy dilakukan ketika istri & 2 anaknya nir muncul dalam tempat tinggal. Dalam sebuah ritual, dalam sebuah ruang penuh simbol orang sukses & lelaki pemburu: senapan & bintang implikasi perburuan yang sudah dikeringkan, temasuk rusa. Ketika ia memperkosaku, kupandangi matanya. Lalu misalnya kulihat paras-paras mengerikan , desis Cindy kepada Sersan Polisi Jack, Nicolas Cage. Menonton film kisah nyata, memang perlu siap-siap mengikuti alur cerita linear, maju ke depan. Namun dalam film yang dibesut Scott Walker ini menarik, tidak membosankan selain ceritanya yang menggetarkan. Walker yang juga menuliskan skenarionya, nisbi mengaduk-kocok pemirsa. Sebab dalam pertengahan film, kita sudah nisbi menebak siapa pelaku pemerkosa Cindy & berniat menghabisinya misalnya kepada korban-korban sebelumnya yang sebagai PR lama Jack & kawan-kawan dalam Kepolisian Alaska. Di sini kita melihat sosok Cusack sebagai pemain watak: pemerkosa cerdas, licin & sok alim. Sehingga nir gampang menjebak lelaki baik-baik andai saja tanpa bukti berasal sebuah tindak kriminal (pidana). Ia misalnya sudah menyembunyikan barang bukti dalam sesi penghilangan nyawa Cindy, sembari terus memburu Sang PSK yang ternyata belum habis berasal bidikan senapan dalam hutan. Sedangkan Cindy, wanita sebatangkara yang sulit untuk percaya kepada orang, tersebab semenjak mini tek mengenal keluarga orangtua. Maka ketika ia ditampung untuk konservasi oleh keluarga Sersan Jack & melihat sang istri tidak menyetujuinya, Cindy menunjuk kabur menembus dinginnya Alaska malam hari. Yang ini sesungguhnya, bagian dramatik, karena Sang Pembunuh terus mengejar untuk menghilangkan jejak sang korban yang belum habis. Cage, misalnya biasa, tampil meyakinkan. Aktor kelas Oscar ini tergambar memakai meyakinkan sebagai polisi cerdas, gigih & humanis. Meski sempat bertengkar memakai sang istri karena menampung Cindy yang dipercaya bukan urusan sang suami. Ia sebagai klop beradu acting (dalam satu frame) memakai Cusack yang dingin & cerdas. Ia mampu terlihat berpikir keras memakai pipinya berkecimpung-gerak dalam pulangsepasang matanya berasal kacamata berkualitas di optik tunggal jadul. Cindy sebagai tokoh sentral kemudian hidup sebagaimana mestinya. Dan sersan Jack naik pangkat hingga dalam pembuatan film ini sudah meninggal. Sedangkan Robert Hansen yang kemudian terlacak memakai 11 kerangka korban, dihukum enam ratus tahun tanpa keringanan aturan karena sadisnya. Persis tagline-nya: The Hunt for Alaskas Most Prolific Serial Killer. Keluar berasal gedung bioskop, aku ingin mencari penjaga loket yang elok itu. Untuk sekadar berbagi, bahwa film itu Memang film drama & bukan film action. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar