Rabu, 06 Desember 2017

Bukan Ahok Tapi Eddie yang Pemimpi

Bukan Ahok Tapi Eddie yang Pemimpi
Bukan Ahok Tapi Eddie yg Pemimpi

Gambar

Untuk yg nge klik buat baca tulisan Ahok, aku ucapin terima kasih ya...

Tapi aku katakan sebelumnya, ini tulisan bukan buat membahas perihal Ahok. Sengaja aku menulis dengan dengan istilah Ahok, buat sekedar alat jual.

Judulnya ngikutin seperti ini... Tonton "AADC? 2", Ahok Baper

Tidak dipungkiri lagi, nama Ahok sudah menggema seantero nusantara. Jadi saking hebohnya Ahok, sekarang namanya acapkali dijadikan judul tulisan. Entah dalam pemberitaan media online juga tulisan apa aja.

Lebih hebatnya lagi, terdapat sebagian orang, yg selalu mengaitkan problem apapun dengan Ahok. Niatnya apa? Tidak lain dan tidak bukan, buat sekedar menarik pembaca aja.

Saya kasih model 2 aja ya...

-Waktu terdapat pelecehan seksual disertai pembunuhan seorang pelajar SMP, yg dilakukan belasan orang, dikaitkan dengan Ahok.

Lugu kan? Hanya lantaran pelaku sebelumnya minum TUAK, dikaitkan dengan ucapan Ahok yg menyampaikan bir tidak mabuk. Begitu lugunya, sampe tidak bisa membedakan BIR dengan TUAK.

-Kemarin, terdapat demo HMI ke gedung KPK, yg ujungnya berakhir dengan anarkis. Demo HMI sudah terperinci kepada Saut yg ucapannya dianggap menyakiti HMI.

Tapi, saking ngebetnya ingin Ahok masuk penjara, mereka lalu mengaitkan demo itu dengan problem Sumber Waras yg lagi diselidiki oleh KPK. Lugu juga kan?

Ya udah deh, biarin aja mereka kaya gitu. Saya anggap itu tugas mereka.

Karena aku punya prinsip... Ga terdapat Loe, Ga Rame.... 

Ha ha ha... (Mbah Surip Mode On), Hak hak hak... (Mbah Peang Mode On)

***

Para sahabat Kompasianer yg aku sayangi dan aku kagumi semuanya...

Sekarang kita bahas Eddie Elang Si Pemimpi aja ya...

Apakah sewaktu kecil pernah punya mimpi (cita cita)? Pasti punya dong...

Apakah mimpi (cita cita) tadi, sekarang sudah tercapai? Amiiieen, kalau sudah tercapai.

Berapa poly menurut yg punya mimpi, bisa menggapai mimpinya? Atau jangan jangan, pas besar malah sudah lupa ya?

Kemarin aku nonton sebuah film yg membuat perasaan aku teraduk aduk rata. Film ini bisa membuat aku tertawa terbahak bahak melihat kekonyolan demi kekonyolan, akan akan tetapi bisa juga membuat aku tersenyum kecut, mentertawakan diri sendiri, dan terakhir membuat aku menitikan airmata lantaran terharu...

Gambar

Sebuah film biography, yg bergenre lawak, menceritakan pengalaman seorang anak yg memiliki cita cita sebagai atlet Olimpiade. Sebuah cita cita yg sangat tinggi, hampir mencapai langit ke 7. Mengingat persaingan menuju cita citanya begitu ketat, ditambah lagi dia juga hanya berasal menurut famili biasa yg kedua orang tuanya bukanlah atlet.

Yook kita simak sama sama, bagaimana caranya Eddie Edward meraih mimpinya

Michael "Eddie" Edwards, merupakan seorang anak yg punya semangat dan tekad sangat besar. Sejak masih bocah, dia bercita cita ingin sebagai atlet Olimpiade.

Padahal sudah secara terperinci, dia tidak punya bakat olahraga apapun. Itu ditunjukan sewaktu dia latihan beberapa jenis olahraga. Entah dalam latihan olahraga apa saja, yg keliatan cuma kekonyolannya aja.

Belum lagi, faktor fisik Eddie yg kurang mendukung, kaki sebelah kirinya pernah patah, keliatan relatif lemah. Eddie juga dengan kacamata berkualitas di optik tunggal minus yg cukup tebal.

Lucu dan ironis kan?

Eddie terbukti telah gagal mencari bakatnya sendiri buat olahraga apapun, akan akan tetapi dia tetap semangat dan berusaha terus, lantaran dia masih punya mimpi.

Sampai suatu waktu, dia diajak buat membantu ayahnya bekerja.

Disana, dia melihat orang bermain ski. Seketika itu juga dia memiliki ide, menimbulkan olahraga ski buat mencapai cita citanya. Olimpade Musim Dingin. Ya, dia bercita cita bermain di Olimpade Musim Dingin. Itulah sasaran hidupnya.

***

Bertahun tahun latihan ski, menurut kecil hingga dewasa. Sampai kemudian, Eddie ikut dalam seleksi tim Olimpiade Ski Inggris. Tak dinyana, Eddie dinyatakan tidak lolos seleksi. Yang lebih menyakitkan merupakan pernyataan Ketua Komisi Olimpiade Inggris.

Apakah Eddie putus asa?

Tidak akan terdapat cerita ini dong kalau dia putus asa.  Karena , penolakan itu justru baru awal menurut cerita ini dimulai...

Pada mulanya, Eddie terperinci sangat kecewa lantaran tidak berhasil masuk tim Inggris. Namun waktu Eddie menonton acara olahraga, yg menyiarkan aksi Ski Jumping yg paling spektakuler. Muncul idenya buat latihan Ski Jumping.

Segera dia pergi mendatangi Komite Olimpiade Inggris. Disana, Eddie mengetahui bahwa Inggris sudah tidak punya atlet Ski Jumping sejak tahun 1929.

Eddie gembira ketika mengetahui Inggris tidak punya atlet Ski Jumping, itu berarti dia berpeluang besar buat bisa mewakili Inggris di Olimpiade Musim Dingin di tahun berikutnya.

Maka, secepat itu juga, Eddie pribadi memutuskan pergi ke Garmisch, Jerman, daerah berlatih Ski Jumping.

Sebuah ide yg sahih sahih bisa dibilang NEKAD SEKALIGUS GILA.

Mengapa? Tanpa bekal apa apa, tanpa pernah latihan sebelumnya, tanpa bakat sama sekali. Selain itu, buat sebagai atlet Ski Jumping, harus mulai latihan sejak umur lima atau 6 tahun. Sedangkan usia Eddie waktu itu sudah 22 tahun...!

Ejekan dan cemoohan menurut orang, sudah biasa diterima Eddie sejak kecil. Jadi sudah bukan problem lagi. ketika disana dia hanya dijadi bahan olokan saja. Tidak sedikit yg menyampaikan dia gila.

Sunggu suatu kebetulan, di daerah latihan, Eddie bertemu dengan Bronson Peary (diperankan oleh Hugh Wolverine Jackman), mantan atlet Ski Jumping, yg pernah sebagai juara Youth Champion 1968.

Saat itu, Peary bekerja sebagai pengeruk salju di Garmisch. Eddie melihat Peary merupakan sosok yg cocok buat sebagai pelatihnya. Ia lalu meminta Peary buat menaruh tips dan saran, perihal apa yg mesti dilakukan buat sebagai atlet Ski Jumping.

Namun sayangnya, Peary sekarang sudah berubah sebagai pemabuk dan sama sekali tidak berminat melatihnya. Miris...

Berulang kali Eddy dicuekin Peary. Tapi seperti umumnya, Eddy tidak putus virtual, dia terus berusaha mendekati Pearly.

Hanya dengan bekal persetujuan mulut menurut Pearly saja, Eddie nekad melompat menurut ketinggian 70m.

Patut dicatat, tidak sembarang orang BERANI melompat menurut ketinggian 70 m. Tempat itu dikenal sebagai pematah tulang, bahkan tidak jarang atlet yg cedera parah, patah tulang leher dan tewas.

Jadi, aksi Eddie bisa dibilang nekad, gila sekaligus menunjukan betapa kuat tekadnya...

Tak pelak lagi, Eddie mengalami kecelakaan yg tidak mengecewakan parah, sebagai akibatnya dia harus istirahat di tempat tinggal sakit...

Saat menjenguk di tempat tinggal sakit, Peary melihat terdapat sebuah kitab tergeletak disamping Eddie. Perasaan Bronson Peary akhirnya tergugah ketika membaca kitab karya mantan pelatihnya, Warren Sharp. Didalam kitab tadi, sang pelatih menuliskan rasa kecewanya kepada Peary yg dianggap atlet paling berbakat namun tidak punya semangat, gampang menyerah.

Ia memandang Eddie, sosok yg berbanding terbalik dengan dirinya. Eddie tidak punya bakat, namun dia punya semangat yg pantang menyerah dan mau bekerja keras.

Kemudian Pearly memutuskan buat membantu Eddie. Saat Peary melatih dan memberi petunjuk dalam Eddie ini, kita disuguhi poly adegan kocak dan konyol yg bisa bikin kita terpingkal pingkal.

Setelah mendapat pelatihan menurut Peary, Eddie akhirnya bisa mendarat dengan cara yg unik menurut ketinggian 70M.

Lalu mereka berangkat ke Piala Eropa 1987 (The European Circuit) di Seefeld, Austria. Disana  Eddie berhasil mencatat jeda lompatan sejauh 43 m.

Walaupun catatan tadi bukan akibat yg cantik, akan akan tetapi itu sangat berati bagi Eddie. Karena dia sudah berhasil melampau rekor Ski Jumping Inggris, yg sebelumnya dicatat oleh Hector Mooney dalam tahun 1929, yaitu 22.9 m.

Sebuah kemajuan yg patut diapresiasi. Bukan hanya lantaran rekornya saja, akan akan tetapi lantaran keberanian Eddie melompat menurut ketinggian 70 m itu, yg sudah tidak pernah dilakukan lagi oleh atlet Inggris

Gambar

Ada kabar gembira, ketika Eddie mendapat undangan menurut Komite Olimpiade Inggris.

Bayangan pergi ke Olimpiade Musim Dingin di Calgary, Kanada tampaknya sudah di depan mata, manakala Eddie mendapat undangan menurut Komite Olimpiade Inggris.

Tapi, tampaknya tidak semudah itu...

Dalam pertemuannya dengan anggota Komite Olimpade Inggris yg terjadi justru sebaliknya. Eddie hanya diberitahu bahwa seluruh anggota Komite Olimpiade Inggris sepakat merevisi peraturan perihal batas minimum jeda yg diperbolehkan ikut ke Olimpiade, sebagai 61 m. Padahal peraturan tadi sudah 52 tahun tidak pernah disinggung sama sekali...

Artinya, waktu itu Eddie belum layak buat sebagai anggota tim Olimpiade Inggris. Namun, jika dia bisa mencapai jeda lompatan sejauh 61 m, baru Komite Olimpiade Inggris akan mengikut sertakannya.

Walau tindakan ini terkesan menghalangi, namun terdapat sisi positifnya yg bisa diambil, lantaran dengan begitu Eddie harus lebih ulet lagi berlatih, sebagai akibatnya bisa melompat lebih jauh lagi...

Tidak cukup hingga disitu saja, masih adalagi kendala yg harus dilewati, yaitu faktor keuangan. Negara tidak akan membiayai keikut sertaan tim yg bakalan kalah, lantaran pihak sponsor tidak mau mengeluarkan uang cuma cuma kepada pecundang. (INI PENTING, BUAT OLAHRAGA KITA)

Mendapat penolakan bertubi tubi, apakah Eddie putus asa?

Bukan Eddie kalau dia pribadi drop. Justru penolakan itu membangkitkan semangatnya buat terus berlatih beserta Peary.

Hasilnya, di St. Moritz, Swiss, Eddie berhasil mencapai lompatan sejauh 49 m.

Di Oberstdorf, Jerman (masih Jerman Barat), di sesi kualifikasi terakhir, Eddie akhirnya berhasil mencatat jeda 61 m!

Dan....Eddie berhak tampil di Olimpade Musim Dingin di Calgary, Kanada, yg sebagai cita citanya!

***

Pada akhir film ini, sangat poly momen yg sangat mengharukan.

Awalnya Eddie sempat ragu melihat ketinggian 90 m, lantaran dia belum pernah sekalipun mencoba. Tapi lagi lagi Eddie membuka mata kita, bahwa tekad dan mentalnya sangat kuat.

Airmata aku menetes, waktu melihat Eddie berhasil mendarat dengan cara yg sangat unik, menurut ketinggian 90 m.

Ia tampak mengepak ngepakan kedua tangannya ke atas dan ke bawah, sembari berteriak keras keras.... Sempat mendarat dengan tumpuan dalam punggungnya, akan akan tetapi Eddie bisa bangkit. 

Cara mendaratnya yg unik inilah, kemudian dia dijuluki  Eddie The Eagle Edwards.

Catatan Eddy bukanlah yg terbaik, justru dia berada diurutan paling akhir menurut seluruh peserta. Tapi aksi konyolnya sangat menghibur yg sebelumnya sudah meraih simpati penonton dan media tv. Jadi walaupun kalah, justru dia yg mendapat tepukan paling meriah menurut penonton.

Terlepas kegagalan Eddie meraih medali di Olimpiade Musim Dingin di Calgary, bukan lagi sebagai soal. Karena kemenangan bukan yg jadi misi pokok, dan bukan segalanya, akan akan tetapi bisa berpartisipasi yg sebagai tujuannya.

Gambar

***

Kita bisa lihat usaha Eddie yg penuh semangat pantang menyerah, walau begitu poly rintangan. Eddie bukan pemenang dan tidak mendapat satu medali pun di Calgary, akan akan tetapi dia sudah berhasil memenangkan cita cita hidupnya...

Kisah hidupnya ini telah menginspirasi poly orang. Film ini mendapat rating 7.6 IMDb, rating yg tidak mengecewakan tinggi.

Dari kisah Eddie The Eagle Edwards, aku mencatat beberapa point krusial, yg bisa diambil sebagai pelajaran oleh pendidik, orang tua dan anak anak sebagai penerus generasi yg akan tiba.

Diantaranya...

-Tidak perlu memalukan, buang seluruh gengsi dan harus tahan banting. Jangan lemah, jangan minder waktu diejek. Justru jadikan olok olok, cemohon dan penolakan sebagai cambuk buat memotivasi diri menuju keberhasilan.

(Saya pribadi teringat cerita Kang Pepih sewaktu mendirikan Kompasiana ini. Kalau saja Kang Pepih ga kuat dibully, sudah pasti kita tidak bisa berkumpul disini...)

-Bukan kapital dalam bentuk uang yg sebagai kunci buat menggapai cita cita, akan akan tetapi semangat yg pantang menyerahlah kunci utamanya. Buktikan seluruh kemampuan, menurut situ akan bisa mendapat kapital.

-Jadikan tekanan sebagai alat memotivasi diri buat membuat prestasi yg lebih baik. Seperti istilah Yohanes Surya , ketika menghadapi kondisi kritis, manusia bisa melakukan hal ajaib, yg tidak mungkin bisa dilakukan dalam waktu kondisi normal.

Poin diatas sangat krusial, mengingat pola mendidik anak sekarang cenderung manja, terlalu lembut, jauh tidak selaras dengan jaman dulu yg lebih keras (bukan dengan kekerasan).

Olok olok yg sangat biasa dilakukan sedari kecil dulu, sekarang dianggap membully. Para ahli dan pendidik tidak memperbolehkan anak anak saling ejek, saling olok dan hal lain yg seperti itu.

Hasilnya, anak anak kurang tahan banting, cengeng, sedikit sedikit merasa dibully, terus mewek. Lalu, bagaimana mungkin generasi kita bisa maju kalau anak anaknya tidak tahan banting, sedikit diejek pribadi mewek? Seperti ini...

Bagaimana mungkin bangsa ini bisa maju, kalau generasinya manja, letoy, lemah, cengeng?

Hidup ini keras cuuiyyy...

Banyak tantangan di lapangan kalau ingin maju. Tidak bisa kita terus memanjakan anak, seakan dia masih bayi. Dari A hingga Z, seluruh mesti disiapin, lalu kapan anak anak bisa berdikari?

Film Eddie The Eagle setidaknya telah menunjukan, bahwa tidak selamanya olok olok, ejekan bahkan hinaan sekalipun, akan berakhir jelek. Semua tergantung dalam mental anak sendiri.

Seandainya saja, kita -sebagai orang tua- atau pendidik di sekolah, bisa membuat anak anak, sebagai akibatnya punya kemauan, semangat pantang menyerah dan punya mental sekuat baja seperti Eddie, aku konfiden bangsa ini akan jauh lebih maju menurut yg sekarang.

Salam Damai...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top