Minggu, 11 Februari 2018

Mengunci Demokrat kepada Hambalang, Satu berasal Sekian Kartu Truf Pak Jokowi

Mengunci Demokrat pada Hambalang, Satu dari Sekian Kartu Truf Pak Jokowi

Sepertinya, Partai Demokrat ( baca : Pak Beye) telah mengeluarkan strategi terbaiknya buat sanggup "mengganggu" laju capaian Pak Jokowi guna  menebus "kelambanan" pendahulunya. Sepuluh tahun sebelumnya semestinya menjadi masa emas buat Indonesia membuat. Namun sayang, moment itu terlewat begitu saja yg akan terjadi kegagalan mengelola kepentingan yg saling berbenturan.

Kompromi, disertai absennya ketegasan memproduksi kita hanya sanggup prihatin. Kita tersandera oleh poly hal, yg akhirnya memaksa kita buat kompromi serta menyerahkan kepada waktu serta angin buat menyelesaikan poly hal buat kita, dengan sesekali menyelipkan pencitraan pada dalamnya.

Waktu serta angin tentu  bukanlah pilihan yg baik dalam menyelesaikan poly hal. Terlebih dengan angin, yg kadang berhembus, kadang nir. Namanya saja angin-anginan. Kemana beliau berhembus, kita dibawanya ke sana. Dan akhirnya, anginlah yg mengendalikan kita, kita bergerak tanpa memegang kendali. Metode autopilot,  berdoa dengan harap-harap cemas apakah sanggup selamat hingga pada tujuan.

Akibatnya, kita nir terbiasa serta nir pernah siap apabila satu waktu harus  melawan angin, karena  memang nir  pernah timbul  antisipasi buat itu. Kita menyerahkannya kepada waktu serta kepada angin, ke mana kita akan dibawa.

Andai Pak Jokowi yg timbul pada masa itu, entahlah misalnya apa telah  Indonesia adanya ketika ini. Namun, kita nir perlu menyesali sejarah. Yang lalu biarlah berlalu, kita buka lembaran baru. Inilah barangkali yg diamini Pak Jokowi, sehingga beliau menentukan metode yg nir biasa. Ia membeli waktu serta berani melawan angin.

Memang nir mudah, karena yg namanya waktu telah niscaya sangat mahal. "Waktu merupakan uang, "itulah peribahasa yg kita telah dengar sejak kecil. Namun, sepertinya Pak Jokowi nir peduli, beliau menentukan membeli waktu yg hilang serta terbuang oleh pendahulunya, berapapun harganya. Ia menebusnya dengan bekerja, bekerja serta bekerja. Ia berlomba dengan waktu, berkejaran dengan waktu. Ia bertekad buat sanggup menebus waktu yg pernah hilang dengan kecepatan maksimum yg dia sanggup.

Kita sanggup menyaksikan sendiri, beliau bekerja dengan kecepatan yg sanggup mencapai 3 (tiga) kali dari pendahulunya, bahkan sanggup jadi lebih. Hanya dengan cara demikianlah beliau sanggup membeli waktu yg telah hilang serta terbuang, tentu dengan dibarengi penataan uang, uang yg nir lagi sanggup mengalir sumber-asalan ke saku mereka-mereka yg sama sekali nir  berhak. Dan beliau sendiri mencontohkannya, dengan mempertontonkan kepada kita gaya hidup dirinya serta keluarganya yg anti aji mumpung serta jauh  dari asas manfaat. Sesuatu yg nir kita lihat pada masa sebelumnya, yg mana semua famili, baik yg dekat juga yg jauh ikut dikumpulkan  buat rame rame.

Kembali ke strategi Demokrat

Tentu poly orang yg nir habis pikir, kenapa Pak Beye sanggup nekat menarik Agus Yudhoyono buat berlaga pada Pilkada DKI. Selain belum waktunya bagi Agus, jua bagi Demokrat yg hingga kini belum melakukan sesuatu yg signifikan guna memperbaiki masa lalu. Terlihat Pak Beye hendak memberi pesan bahwa beliau telah berubah, berubuh dari yg dulunya peragu, lambat bertindak, ternyata kini telah berubah serta sanggup cepat. Bahkan berdasarkan saya kecepatan serta terlihat sangat tergesa-gesa.

Saya setidaknya melihat timbul dua hal yg hendak ditujunya, serta itu berkaitan dengan performa Pak Jokowi tentunya.

Pak Beye sepertinya nir sanggup begitu saja membiarkan Pak Jokowi berhasil dengan gemilang membuat Indonesia. Ini tentu akan mengubur peluang bagi Trah Cikeas buat pergi. " I want SBY back"  misalnya kata Ibas. Bila ini hingga terjadi, maka jua sepuluh tahun waktunya beliau memimpin akan dipercaya sebagai satu kesalahan sejarah. Ia berkepentingan buat mengerem laju Pak Jokowi.

Andai jua nir sanggup mengeremnya, perlu upaya memproduksi pandangan rakyat nir fokus tertuju kepada pencapaian pemerintahan Pak Jokowi, sehingga perlu strategi guna memecah konsentrasi serta fokus rakyat.

Dalam konteks Pilkada DKI, Ahok merupakan  personifikasi Pak Jokowi pada Ibukota. Aika  Ahok hingga berhasil dengan gemilang membarui paras Ibukota serta berakibat Jakarta sebagai kota mutakhir , nyaman, tertib serta menjadi ikon kota kekinian,  maka semua itu akan menjadi kredit poin buat Pak Jokowi. Dan telah tentu Pak Beye nir menghendaki itu terjadi, kalaupun itu terwujud, janganlah oleh Ahok yg merupakan tandemnya Pak Jokowi.

Itulah yg mendorong Pak Beye memaksakan Agus Yudhoyono ikut kontestasi Pilkada DKI,  walaupun apabila kita mau amanah mengakui, Ahok bukanlah tandingan Agus dalam urusan menata Ibukota. Agus hanya mencoba peruntungan dirinya, siapa memahami berhasil "merogoh" apa yg selama ini telah dilakukan Ahok. Dan nanti, pada Pemilu 2019 sanggup dikreditkannya buat dirinya serta Pak Beye, bukan buat Pak Jokowi, sebagaimana yg selama ini terus dibubuhi Ahok buat Pak Jokowi.

Kita akan serta bahkan telah melihat bahwa kubu Agus hanya akan sanggup mengolah warta ramah tamah dalam Pilkada DKI. Dan itu telah dimulai misalnya dengan melempar warta kegantengan, silaturahmi ke pengurus NU yg jua kebetulan Ketua MUI , berlari pada trotoar Jakarta yg belum siap buat menjadi tempat berlari, serta poly warta homogen, yg sama sekali nir relevan sebenarnya dalam pengelolaan Jakarta meniadi ibukota yg mutakhir serta manusiawi.

Sebagai tambahannya, kubu Agus telah niscaya akan "mengeksploitasi" Sylviana Murni. Eksploitasi pada sini tentu nir dimaknai sebagai urusan ekonomi memanfaatkan kelebihan serta kehebatan Sylviana dalam artian positif. Namun, lebih kepada pemanfaatan Sylviana buat menggembosi eks bos nya sendiri, yakni  Ahok  dengan dengan kacamata berkualitas di optik tunggal minus guna mengerdilkan capaian serta prestasi Ahok, bahkan kalau sanggup menafikannya hingga menariknya ke level negatif.

Tidak lebih dari situ saya pikir, karena hanya itu yg sanggup dilakukan. Tidak timbul modal yg memadai serta jua kesiapan dari soal teknis-mudah, juga akademis buat sanggup menandingi Ahok. Bahkan sekalipun dengan IP empat koma nol, yg hanya merupakan selembar kertas pada hadapan Ahok, nir lebih.

Silaturahmi, misalnya baru-baru ini yg membandingkan dirinya dengan AH Nasution, serta Agus pun kemudian mendadak Batak demi meraih simpati rakyat Tabagsel yg timbul pada Jakarta, sesuatu yg nir kita lihat dilakukannya sebelumnya. Memang hanya dengan cara itulah Agus sanggup meraih simpati. Aika head to head berbicara mengenai rapikan kelola Ibukota dengan Ahok, tentu Agus bukanlah lawan yg sepadan buat Ahok, serta bila itu pun dipaksakan, Ruhut Sitompul dipastikan akan walk out , menolak mengikuti program.

Kebali ke kartu truf mengunci Demokrat

Tentu Pak Jokowi nir perlu membalas agresi Demokrat, walaupun timbul begitu poly senjata pamungkas yg dimilikinya buat memukul balik agresi siapapun kepada dirinya. Namun, misalnya yg kita sanggup amati, Pak Jokowi bukanlah type yg senang membalas. Ia bukan pendendam, beliau selalu mengutamakan rekonsiliasi buat kebaikan. Aika kita perlu contoh, beliau telah mendamaikan warga negara dalam soal harta/perpajakan  dengan negara.

Ia jua bukan type orang yg senang mengungkit-ungkit kesalahan orang lain. Ia bukan type orang yg selalu berkaca ke masa lalu. Bahkan,beliau berani merogoh alih kesalahan masa lalu demi masa depan. Itulah karakter Pak Jokowi, serta itu jua yg membedakannya dengan pemimpin sebelumnya, yg justru sering usil waktu Pak Jokowi  mengurusi apa yg diterlantarkan, nir disentuh, serta  yg menjadi warisan dari masa lalu sendiri.

Dalam soal Mega Proyek Hambalang yg bernilai triliunan misalnya, terang bahwa itu merupakan warisan kesalahan pemimpin masa lalu. Dan itu merupakan fakta, bahkan sangat mungkin akan tercatat dalam buku sejarah kita. Bagaimana partai berkuasa yg timbul pada bawah kendali presiden yg berkuasa waktu itu, dengan semboyannya " Katakan Tidak Pada Korupsi," tetapi tidak selaras kata dengan laku. Apa yg terjadi pada  Hambalang  sangat cukup buat menjadi saksi.

Tentu, kita  nir konfiden bahwa  timbul pada pikiran Pak Jokowi buat mengeksploitasi Hambalang guna menunda laju Demokrat serta jua Pak Beye. Dan artikel  ini jua bukan buat mengagitasi Pak Jokowi buat melakukan itu. Namun sangat mungkin, buat tujuan yg sangat besar yakni pembelajaran bagi seluruh anak negeri mengenai peristiwa korupsi, Hambalang dibiarkan menjadi saksi, saksi betapa dahsyatnya kerusakan yg diakibatkan oleh korupsi.

Hambalang sanggup mengingatkan serta  mengajari bangsa kita  buat nir lagi memberi toleransi pada korupsi. Andai pemerintah sanggup meyakinkan Madame Tussauds guna memproduksi replika dari mereka-mereka yg dulu kompak membicarakan: "Katakan nir pada korupsi" itu, guna dipajang pada pintu gerbang Hambalang. Menyambut setiap orang yg kelak tiba ke Hambalang sebagai pelancong, pelajar, mahasiswa, rakyat generik hingga pejabat. Lengkap dengan transkrip yg mereka ucapkan Katakan Tidak Pada Korupsi, yg akan dilengkapi dengan versi audio.

Gedung yg timbul serta terbengkalai kini biarlah demikian adanya menjadi  diorama super besar mengenai yg akan terjadi dari sikap korupsi.  Tentu direnovasi sedemikian rupa agar nir hingga runtuh serta membahayakan, tetapi aspek terbengkalainya harus permanen dipelihara. Lalu, pada sekelilingnya dibangun gedung melingkar mengelilingi bangunan mangkrak yg timbul ketika ini dengan view keseluruhan menghadap ke bangunan mangkrak, lengkap dengan ilalang serta semak belukar yg akan dibiarkan permanen demikian guna memperkaya aspek psikologis.

Gedung yg mengelilingi bangunan mangkrak ini nantinya  sanggup dijadikan sebagai Tempat Pendidikan & Pelatihan Anti Korupsi,  Museum, Gedung Pengadilan Khusus Tipikor, Tahanan, hingga Penjara spesifik kejahatan korupsi. Di sana, kelak para pelaku korupsi sanggup merenungkan arti serta akibat korupsi secara mendalam, dengan setiap ketika melihat bangunan mangkrak serta terbengkalai pada depan mata.

Sesekali, sanggup saja diperdengarkan rekaman asli iklan:  "Katakan Tidak Pada Korupsi," guna memecah kesunyian malam yg hanya ditemani bunyi jangkrik dari ilalang serta belukar yg dicumbu angin malam pada area sekitar gedung mangkrak.

Di samping buat kegunaan pada atas, Hambalang sanggup dijadikan sebagai lokasi wisata anti korupsi, sekaligus menjadi pusat acum bagi  peserta didik, mahasiwa yg sedang melakukan tugas belajar serta kajian mengenai korupsi. Hambalang akan menjadi pusat warta segala hal mengenai korupsi.  Jadi sahih sahih didesain buat menjadi tempat serta semangat pemberantasan korupsi secara keseluruhan.

Memang ilham ini belum tentu akan diterima oleh semua pihak, tetapi sangat sanggup  menjadi suatu ikon pemberantasan korupsi yg bersifat dunia. Dan telah niscaya akan  memberi imbas dahsyat dalam hal pemberantasan korupsi pada Indonesia serta jua mungkin bagi dunia.

Entahlah, apabila Pak Jokowi mau mempertimbangkan ilham ini. Tentu nir dengan pemikiran bahwa Presiden Jokowi hendak mengeksploitasi Hambalang guna mengunci Partai Demokrat pada Pemilu 2019, tetapi hanya semata mata ilham atau masukan guna kemajuan gerakan anti korupsi serta pendekatan keseluruhan penanganannya buat Indonesia, dengan memanfaatkan locus Hambalang sebagai diorama hidup sebagai saksi.

Dan sangat mungkin jua  ilham ini akan disodorkan oleh pihak-pihak yg berkepentingan buat menghambat laju Partai Demokrat serta Trah Cikeas pada Pemilu 2019, buat dipertimbangkan oleh Pak Jokowi. Apalagi dalam situasi  pada mana  Partai Demokrat terus mengusik Pak Jokowi serta pemerintahannya.

Entahlah jua,  bila satu waktu Pak Jokowi akhirnya berubah pikiran serta sungguh mau merealisasikan ilham Mengunci Demokrat pada Hambalang, yg akan terjadi  nir tahan terus diganggu.  Saat konsentrasinya buat menebus waktu yg terbuang , waktu yg hilang,  serta  kecepatannya menjadi berkurang karena harus melayani urusan ramah tamah yg semestinya nir perlu.

Melihat gencarnya upaya pembangunan serta penataan dalam segala aspek yg dikerjakan oleh Pak Jokowi kini ini, kita sangat konfiden bahwa waktu yg hilang itu niscaya akan sanggup ditebus. Presiden akan berhasil membenahi rantai distribusi, kesenjangan infrastruktur serta pembangunan, transparansi serta efisiensi serta efektivitas birokrasi. Dan yg terutama tentunya merupakan teladan. Teladan dari Pak Jokowi sendiri serta keluarganya. Dan inilah yg menjadi modal Pak Jokowi buat menebus waktu yg hilang itu.

Ia berani, beliau konsisten  melangkah tanpa memperdulikan waktu. bahkan waktu arah angin melawan, beliau permanen melangkah serta berjalan maju, hingga akhirnya kemudian arah angin berbalik serta mendukungnya.

Dan bila masih timbul yg mencoba menghambat serta merintanginya, tentu pak Jokowi akan sangat sanggup mengatasinya. Ia memiliki poly kartu truf buat itu. Hanya saja, beliau nir merasa perlu mengeluarkannya. Namun bukan berarti Pak Jokowi nir sanggup melakukannya. Tentu sanggup,  apabila beliau mau serta bila dicermati perlu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top