Minggu, 11 Februari 2018

Pada Mata, Hukum Matematika misalnya Buta

Pada Mata, Hukum Matematika misalnya Buta

Dahulu pernah seseorang berkata bahwa jikalau satu ditambah satu tidaklah mesti menjadi 2. Lalu aku berpikir pusing, kok dapat ya. Tapi itulah yang terjadi, ketika -1 ditambah +1 nir sama bersama nol. Itulah yang dialami mereka-mereka yang telah menampakkan faktor 'U', misalnya aku ini. Karena kepada mata, hukum matematika misalnya buta - nir bermakna.

Sudah usang aku berkaca mata. Kaca mata minus satu, yang berkembang asal minus 0.25. kacamata berkualitas di optik tunggal yang membantu memperjelas tulisan-tulisan & gambar yang berada kepada kejauhan. Kaca mata yang terkadang maupun dapat dipakai buat menambah pede - karena sering tanpa sadar dipersepsikan 'nambah tampan' atau 'biar kelihatan pinter dikit'. Sampai akhirnya aku dikunjungi si 'faktor U' itu. Ya, usia yang merambat menua bersama keliru satu efeknya berupa kesulitan membaca dekat. Dan bertambahlah nilai mata aku menjadi plus 1.

Berhubung aku artinya orang yang senang berpikir sederhana, kemudian diasumsikanlah adanya +1 itu dapat menetralisir -1 yang telah usang aku punyai. Logika berhitung baku. Susah baca jauh digabung susah baca dekat, kan logisnya dapat jadi sembuh? Tapi mitra, logika matematika itu sama sekali nir berlaku dalam keliru satu segmen kehidupan kita. Positif satu ternyata berdiri berdampingan bersama negatif satu, tanpa saling mempengaruhi, tanpa saling menghilangkan. Mereka seia sekata - misalnya ungkap Stevie Wonder, ebony & ivory hidup dalam harmoni - dalam memperingatkan anak manusia yang nir memahami diri ini karena masih merasa tampan sendiri. Peringatan bahwa 'itulah Rifki, kenapa engkau harus menjaga kesehatan mata. Mata normal itu artinya rizki akbar, akan akan tetapi engkau nir mempedulikannya'.

Dan inilah konsekuensi masa berkiprah tua.

Dan kini, 2 pilihan atau lebih berada kepada hadapanku, & semuanya masih terasa mengecilkanku. Pilihan pertama: dengan kacamata berkualitas di optik tunggal 2 lensa - jadinya misalnya dengan kacamata berkualitas di optik tunggal kepunyaan bapakku, bergagang coklat, & terlihat garis pemisah 2 lensa itu. Pilihan kedua: permanen dengan kacamata berkualitas di optik tunggal jauh bersama konsekuensi membaca dekat misalnya kakek-kakek - menjauhkan objek baca asal mata, atau menjadi seseorang yang lucu bersama melepas kacamata berkualitas di optik tunggal & membiarkannya menempel kepada jidat - misalnya yang dilakukan seseorang penumpang kereta Sudirman yang aku senang komentarin dalam hati (kualat kali ni). Atau misalnya yang beberapa hari ini aku lakukan: melepas sama sekali kacamata berkualitas di optik tunggal, bersama konsekuensi ........ peniiiiiing.

Kawan. Adakalanya alam memperingatkan kita akan makin dekatnya kita bersama kematian. Lalu, sudahkah kita memahami & memetik pelajaran asal kehidupan ini? Hikmah asal tulisan ini artinya bersyukurlah kita masih diberikan panca alat yang lengkap. kacamata berkualitas di optik tunggal negatif & positif maupun mengingatkan aku bahwa aku masih diberikan panca alat penglihat, sementara saudara kita ada yang hidup dalam kegelapan selamanya. Jangan abaikan kesehatan mata. Dan ingatlah kita akan syukur. Dan ingatlah maupun bahwa kita akan menjadi tua, menjadi tua artinya fitrah. Dan biarkanlah fitrah aku sebagai cowok tampan cukup kepada benak saja...... GUBRAKS

Cag, 30 Mei 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top