Minggu, 11 Februari 2018

Sepenggal Cerita dari Yu Djum, Tokoh Fenomenal Gudeg Favoritku

Sepenggal Cerita dari Yu Djum, Tokoh Fenomenal Gudeg Favoritku

By Christie Damayanti

[caption id="attachment_160412" align="aligncenter" width="640" caption="Dokumentasi langsung"][/caption]

Aku, Yu Djum tokoh fenomenalku bersama mama & anak2ku.

Hari terakhir kepada Yogyakarta. Sebelum menuju ke Purwokerto, jam 7.00 pagi,  kami makan pagi kepada Gudeg Yu Djum, sekalian membeli oleh2 Gudeg Yu Djum buat pakde & budeku kepada Purwokerto. 8 hari kami kepada Yogyakarta, 4 pagi hari kami makan Gudeg Yu Djum, ya ..... khusus aku, Gudeg Yu Djum adalah favoriteku, makanan ter-yummy global !!!

Seperti biasa, aku mengarah Gudeg bersama lauk ati ampela & gudegnya dilebihkan, karena justru gudeg itu yg aku suka. Dan seperti biasa maupun, aku permanen memperhatikan lebih jelasnya rumah & gudegnya, siapa tahu muncul yg terlewat. Dan tiba2, seorang cucu dari Yu Djum bercerita bahwa neneknya, Yu Djum, muncul kepada dalam sedang memotong2 daun buat alas piring. Seketika itu maupun aku ingin sekali bertemu bersama dia, tokoh legendaris gudeg favoriteku .....

Setelah selesai makan pagi, aku bergegas ke dalam rumah buat bertemu bersama Yu Djum. Duh, hatiku melonjak senang, waktu aku dipeluk Yu Djum. Dan bayanganku, Yu Djum seperti satu dari eyangku. Seorang ibu dari 4 orang anak, seorang eyang dari 12 orang cucu & seorang eyang buyut dari 12 orang buyut. Dan semuanya mampu memasak gudeg.

Keakrabanku bersama Yu Djum ..... serasa seperti eyangku sendiri .....

Yu Djum ternyata masih bertenaga ingatannya. Kata dia, umurnya sekitar 78 tahun ( dia tidak tahu lahirnya tahun berapa ) namun tampaknya aku lihat dia lebih tua dari umur yg dikatakannya kepadaku. Rambutnya telah memutih semua, tubuhnya kurus, pungkasnya habis sakit karena menurut anak2 nya dia tidak boleh bekerja lagi, namun justru itu yg membuatnya sakit. Beliau menggunakan kacamata berkualitas di optik tunggal baca yg sedikit tebal, namun sahih-sahih, ingatannya bertenaga sekali, sebagai akibatnya aku mampu poly bertanya tanpa menggunakan 'perterjemah' karena dia maupun mampu berbahasa Indonesia, secara aku tidak mampu berbahasa Jawa .....

Beliau mulai memproduksi & menjual gudeg semenjak berumur 17 tahun & telah menikah kepada rumahnya kepada Karangasem Mbarek Jl. Kaliurang Yogyakarta, rumahnya yg kini buat memasak gudeg, maupun inilah rumahnya yg selalu sebagai warung makan & membeli gudeg Yu Djum. Dulu, rumah ini bukan buat warung, namun gudegnya kepada jual kepada Plengkung. Dan dulu dia berjalan kaki dari rumahnya ini hingga Plengkung, karena belum muncul tunggangan. Bolak pulangberjalan kaki & gudegnya yg memang betul2 yummy, memproduksi lambat laun Yu Djum terkenal & menerima pesan poly. Sehingga dari Plengkung ( yg hingga sekarangpun masih muncul ), Yu Djum memproduksi warung gudeg kepada Karangasem ini. Juga baru2 ini, Yu Djum membuka cabang kepada Jl. Solo, & ke-tiga outletnya kepada buat kepada dari Karangasem. Dan baru2 ini maupun, beberapa cucunya memasak gudeg sendiri bersama menggunakan nama Yu Djum maupun.

Sambil aku bertanya2 kepada Yu Djum, tangan dia mengelus2 tangan kananku yg lumpuh, seperti seorang eyang ...... & ingatanku melayang ke eyang dari mamaku yg memang dulu acapkali mendongengkan aku 'Si Kancil' sambil mengelus2 tanganku ..... Tangan seorang Yu Djum membawaku kedalam mimpi kenangan & maupun ternyata aku merasa dekat sekali sebagai seorang cucu. Aaahhh ......, ternyata aku mampu bertemu bersama tokoh fenomenal gudeg favoriteku, Yu Djum. Tiba2 aku merasa nyaman berdekatan bersama Yu Djum, walau hanya beberapa menit saja ..... Tangannya yg kurus tidak berhenti mengelus tangan kananku, & dia selalu berkata,

"Sabar yo nDuk, absolut sembuh, mbah doaken cepet sembuh .... Gusti Allah mboten sare ....."

Itu kata2 Yu Djum itu selalu diulang2 & ini adalah doa buatku & hatikupun merasa hening. Beliau mendengarkan riwayat sakitku yg diceritakan oleh mamaku & tangan kurusnya tidak berhenti mengelus2 tangan kananku. Begitu maupun tangan kiriku, aku tidak mau melepaskan tangan dia waktu dia permanen mengelus tangan kananku .....

Aku, Yu Djum & bu Narni, satu dari anak Yu Djum. Tangan kami berdua tidak henti2nya saling mengusap & mengelus buat menawarkan kekuatan bagi masing2 dari kami .....

Ketika telah beberapa lama kami saling mengelus tangan masing2, dia memperbolehkan kami masuk ke dapur buat memproduksi gudeg. Dan kami sangat tertarik buat melihatnya, setidaknya ini akan memberi bahan buat tulsanku & menawarkan kesempatan untukku, buat permanen menghormati betapa poly waktu, tenaga & material yg terbuang buat aku mampu menikmati sepiring Gudeg Yu Djum ini ..... Dan cerita itu akan aku posting segera .....

Kami berpamitan kepada Yu Djum & anaknya, ibu Narni anak Yu Djum, yg menemani dia berbincang2 bersama kami. Aku memeluk Yu Djum erat & sedikit lama. Dan doa dia terus mengalir kepada telingaku,

"Sabar yo nDuk ...... sing tabah ... Gusti Allah mberkahi ....."

Sumber foto : Dokumentasi langsung.

Profil | Tulisan Lainnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top