Jumat, 29 Desember 2017

Gula tanpa Semut

Gula tanpa Semut

"Bukannya saya bosan denganmu," protes Juna, meski itulah yang sebenarnya terjadi.

Dia benci dialog misalnya ini. Sepertinya hal ini selalu terjadi padanya. Ini artinya pemutusan kekerabatan yang kelima dalam enam bulan terakhir.

"Lalu kenapa?" tanya Lula.

Tak disembunyikannya cemberut yang berkedut di antara kemarahan & air mata. Juna menghela napas. Dia pernah melihat ini sebelumnya.

"Aku hanya ..., muncul hal-hal lain yang wajib kukerjakan."

Juna memalingkan wajahnya & menggeser-geser ujung telunjuk kepada layar gawainya. Dia sudah mengunduh Perang Dunia III. Instalasi sedang berjalan & buat sementara lagi beliau bisa memainkannya sembari menunggu kereta berangkat.

Lula menepiskan tangannya.

"Maksudmu misalnya permainan itu? Jangan sentuh gawaimu dikala bersamaku, Jun! Lihat saya!"

Mata Lula berapi-barah. Wajahnya semakin menekuk masam, hilang sudah manisnya yang menghasilkan Juna mengencaninya selama 3 minggu.

"Apakah kau bertemu menggunakan seseorang gadis lain? Apakah kau membohongiku, Jun?"

"Tidak!" Juna memprotes keras.

"Kau nir bisa menipu seseorang menggunakan permainan! Game online ditulis sang pengarang yang jauh lebih baik daripada siapa pun yang menulis cerita kita!"

"Apa maksudmu, penulis?" Lula tercengang.

"Juna, kita hidup di global nyata. Tidak muncul penulis! Tidak muncul skenario! Jangan berkhayal yang bukan-bukan!"

"Aku sudah muak menggunakan kehidupan nyata, oke?" bentak Juna. Dia duduk menegakkan punggungnya sembari melotot kepada Lula.

"Tidak muncul yang berubah! Semua gadis sama. Semua wilayah sama. Semua hal yang terjadi membosankan & gampang ditebak. Hidup begitu gampang, bagai gula tanpa semut. Tidak muncul ... nir muncul ... perseteruan! Tidak muncul aksi kepahlawanan! Kau nir bisa sebagai pahlawan dalam kehidupan nyata!"

"Juna, kau sungguh membuatku takut. Apakah kau sadar menggunakan ucapanmu itu?"

Lula menatap Juna seolah-olah beliau monster berkulit hijau menggunakan 3 mata.

"Yang kau sebut 'gula' artinya kedamaian! Dunia akhirnya berhasil menghapus perang, kemiskinan, kelaparan & penyakit, & kau mengeluh?"

Dia mengangkat tangannya menggunakan jijik.

"Kamu artinya manusia yang paling nir tahu berterima kasih yang pernah saya kenal. Apa yang akan papamu katakan jika beliau bisa melihatmu sekarang?"

"Paling nir papaku seseorang pahlawan!" bentak Juna. "Dia berjuang buat apa yang beliau yakini. Dia tewas sebagai pahlawan."

"Apa yang beliau yakini artinya global yang damai buat anaknya. Kamu. Anak sialan."

"Keluar berasal sini!"

Juna meraih bantal sofa di belakangnya & melemparkannya ke arah Lula. Cukup sudah. Semua yang dikatakan Lula persis misalnya yang beliau prediksi. Untunglah ini bukan naskah, karena Juna niscaya akan langsung menjumpai penulis & memprotes keras jalan cerita yang membosankan ini.

Lula mengertakkan gigi & mengepalkan tinjunya.

"Papamu akan menghasilkan malu menggunakan dirimu," katanya menggunakan suaranya bergetar, kemudian berbalik pergi & membanting pintu di belakangnya.

Juna menghela napas panjang. Sejujurnya, beliau merasa lega bahwa Lula akhirnya pergi meninggalkannya.

Sambil menatap gawai, Juna pulang menempelkan punggungnya ke posisi nyaman. Satu sentuhan akan memanggil global pahlawan & penjahat, pertempuran & usaha di global maya yang memicu kreativitas. Jauh lebih baik daripada bernapas dalam kedamaian global nyata yang diperjuangkan papanya dalam perang yang mengakhiri seluruh peperangan.

Memasang kacamata berkualitas di optik tunggal 4D-nya, Juna bersiap buat menghadapi pertempuran di masa kemudian.

Bandung, 10 Oktober 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top