Minggu, 11 Februari 2018

Mont Blanc, Inilah Puncak Eropa!

Mont Blanc, Inilah Puncak Eropa!

KOMPAS.com Perjalanan memandang puncak Eropa dari dekat sudah saya jalani beberapa tahun yang lalu, tapi kenangan yang tertanam begitu membekas, indah & takjub. Itulah dua kata yang terlintas setiap kali mengenang kawasan ini. Apa pun musimnya Pegunungan Alpen dengan Mont Blanc yang selalu putih tertutup salju, bagi saya, adalah wilayah yang paling cocok buat berlibur dalam segala musim pada Eropa.

Puncak Eropa yang saya maksudkan adalah Mont Blanc, & dari Aiguille du Midi-lah saya dapat melihat gunung dengan salju kekal itu begitu dekat. Aiguille du Midi terletak pada Pegunungan Mont Blanc bagian Alpen Perancis. Dengan ketinggian puncak 3842 meter, ini merupakan puncak tertinggi diukur dari wilayah Chamonix Mont Blanc. Mengapa dari sana? Itu lantaran wilayah ini merupakan bunda kota global bagi para pendaki Pegunungan Alpen, sebagai titik memulainya pendakian.

Maka itu, sebelum saya bicara tentang Aiguille du Midi, saya akan bercerita sedikit tentang wilayah Chamonix Mont Blanc. Mengapa? Karena misalnya yang saya tulis tadi, sejak awal abad ke-20 wilayah ini dipakai sebagai kawasan pemberangkatan para pendaki menuju Alpen. Dari kota yang berada pada kaki pengunungan Mont Blanc inilah kita setiap harinya akan disajikan sebuah gunung raksasa dengan puncak putih. Sulit digambarkan dengan kata-kata citra yang terekam dalam mata lantaran tak terhitung jumlah mata memandang gunung bersalju itu, rasa kagum tak akan sirna.

Chamonix Mont Blanc, merupakan komunitas Perancis, masih terdapat pada Haute-Savoie termasuk dalam wilayah Rhne-Alpes. Komunitas Chamonix Mont Blanc meliputi wilayah utara hingga selatan dengan kota & desa kecil cantik yang menjadi incaran para wisatawan mancanegara. Kota-kota itu terdiri dari Le Tour, Montroc, Le Planet, Argentire, Les Chosalets, Le Lavancher, Les Tines, Les Bois, Les-Praz-de-Chamonix, Chamonix-Mont-Blanc, Les Pcles, Les Mouilles, Les Barrats, Les Plerins, Les Gaillands, hingga Les Bossons.

Saat kami berlibur pada musim panas buat menikmati pemandangan Mont Blanc, wilayah Argentire yang kami pilih. Alasan utamanya adalah lantaran hanya 10 kilometer & 10 menit dari kota Chamonix. Lebih banyak pilihan berupa vila penginapan dengan suasana yang masih asri & sepi. Juga pada musim dingin banyak sekali stasiun ski pada wilayah Argentire ini.

Kami menyewa sebuah gite (villa), yaitu sebuah rumah dengan 2 kamar, dapur & fasilitas lainnya. Hanya pada gite umumnya seprai kawasan tidur si penyewa yang membawa sendiri. Apabila tak terdapat, kadang pemilik gite mampu menyediakan dengan biaya tertentu.

Keuntungan menyewa gite daripada hotel adalah bagaikan menyewa rumah dengan fasilitas yang memungkinkan kita buat masak, mencuci baju, layaknya berada pada rumah sendiri. Bisa memasak sendiri, selain lebih hemat, lebih kalem bagi saya & famili. Untuk keperluan sehari-hari, segala kebutuhan mampu didapatkan antara Argentire hingga Chamonix yang sangat lengkap.

Kembali berbicara tentang Chamonix. Kota Chamonix merupakan kota mungil, tetapi dengan fasilitas sangat lengkap. Saking lengkapnya saya hingga didesain kaget-kaget lantaran butik-butik yang menjual barang bermerek terkenal misalnya Gucci & Hermes berjejer bagaikan pada Paris!

Heran kan? Kota kecil mampu misalnya itu? Namanya juga incaran wisatawan, & lantaran memang dari kota inilah transportasi buat menuju puncak Eropa berada & juga aneka macam macam jenis kegiatan olahraga ditawarkan. Khususnya, olahraga jalan kaki. Orang Eropa, apalagi rakyat Perancis, sangat menyukai aktivitas dengan berjalan kaki. Jadi melakukan tamasya dengan berjalan kaki menikmati estetika alam menyusuri jalan setapak, memasuki hutan kecil, berjalan pada pinggir sungai, semua yang dilakukan dengan berjalan kaki, menjadi aktivitas pilihan pertama.

Kota Chamonix juga diklaim sebagai kota kosmopolitan lantaran perbauran dari aneka macam budaya yang banyak memengaruhi peradaban kota ini. Pengaruh dari Swiss & Italia yang paling banyak berbaur, tak heran kota yang mulai dibangun tahun 1091 ini berbatasan dengan Swiss & Italia. Dan waktu kami berlibur ke sana, kota Geneva pada Swiss & Valley d'Aoste pada Italia kami datangi lantaran kami hanya menempuh jarak sekitar satu jam menuju Swiss & kurang dari satu jam menuju Italia. Bahkan terdapat kereta yang membawa kita hingga ke dua negara tadi dari Chamonix.

Kota Chamonix selalu terlihat menarik, baik pada musim dingin juga panas. Kota yang berada pada kaki Pegunungan Alpen ini memang selalu terlihat padat sang turis dari aneka macam penjuru global. Mereka yang senang bermain ski akan senang juga menghabiskan keseharian pada kota yang memiliki arsitektur adonan tradisi setempat dengan kayu yang diukir, tetapi berfasilitas teranyar. Selain itu, buat mencari masakan, suvenir, hingga perlengkapan pendakian atau ski pada musim dingin, pada kota inilah semuanya serba terdapat.

Restoran pada kota Chamonix memiliki keunggulan lantaran kebanyakan menyajikan masakan istimewa setempat, keju leleh, daging asap, serta daging oven misalnya rusa belia & domba belia. Kebanyakan masakan pada wilayah pegunungan memakai keju yang dipanggang atau dilelehkan, mungkin didasarkan  dengan iklim setempat yang terbilang selalu sejuk.

Namun, yang menciptakan saya senang adalah hampir seluruh restoran memiliki teras sebagai akibatnya waktu matahari bersinar kita dapat menikmati santapan yummy sembari memandang alam... apalagi andai kata pas, pemandangan kita menghadap ke gunung bersalju, lengkaplah sudah kenikmatan yang disajikan.

Kereta gantung menuju puncak Eropa

Berada pada puncak Eropa! Merupakan asa... apalagi bagi mereka, para pendaki. Sayangnya saya bukan seorang pendaki profesional. Namun,  dari tahun1955 manusia mampu berada bersebelahan dengan puncak Eropa, Mont Blanc, yaitu Aiguille du Midi, bukan dengan mendaki, melainkan dengan kereta gantung!

Munculnya ide kereta gantung dimulai dari usul Marc Eugster sumber Swiss yang mendapatkan dukungan dari perusahaan lift terkemuka & juga ide dari Lon Estivant & Emile Dollot, berkebangsaan Perancis. Ide yang timbul yang mulai dilaksanakan pada tahun 1909 ini banyak mengalami kendala, galat satunya waktu Perang Dunia I, software pembangunan kereta gantung itu sempat terhenti.

Dan pada tahun 1938 bagian pertama dari kereta gantung kelar dibangun. Bagian pertama dari kereta gantung ini dapat mengangkut 72 penumpang dari Chamonix hingga Plan d'Aiguille, yaitu pada ketinggian 2.317 mdpl. Barulah pada tahun 1955 kereta gantung kedua selesai dibangun. Kereta gantung kedua inilah yang dapat membawa 66 penumpang hingga mencapai ketinggian 3.776 mdpl, yaitu Aiguille du Midi.

Kecepatan kereta gantung dalam melakukan bepergian adalah 1012 meter per detik, sangat cepat bukan? Makanya tak heran, apabila selama dalam bepergian dalam kereta gantung, banyak penumpang yang jantungan. Saat menanjak memang tak terlalu berasa... tapi waktu turun....wuihhhh lumayan angker juga meluncur dari ketinggian menuju dataran rendah...

Biaya menaiki kereta gantung ini 14 hingga 20 euros (pergi-pergi). Dan jangan heran andai kata antrean selalu saja panjang, tak mengenal musim.

Saat musim dingin penumpang yang naik dalam kereta gantung menuju Aiguille du Midi ini kebanyakan dengan sandang ski mereka, badan tertutup dari atas ketua hingga ujung tangan & kaki. Jelas saja lantaran tujuan mereka adalah buat meluncur pada atas salju putih. Dan waktu musim semi hingga panas, perbedaan nyata sekali sandang yang dikenakan, kaus tangan pendek & celana pendek.

Karena memang berhawa panas, banyak turis yang kecele, pada Chamonix iklim memang bikin badan keringatan lantaran teriknya matahari, tetapi kerap mereka lupa, tujuan mereka adalah melihat puncak Eropa yang bersalju. Jadi sudah mutlak hawanya bukan hanya segar tapi beku...!! Namanya juga puncak gunung.

Untung, mertua saya sudah wanti-wanti kepada kami, apabila ingin ke Aiguille du Midi, pakailah celana panjang dari katun agar tak terlau gerah waktu berangkat tetapi juga relatif melindungi dari hawa dingin, sepatu olahraga, baju hangat, & jaket musim semi. Juga ungkap mereka, ingat kacamata berkualitas di optik tunggal... lantaran akan silau.

Benar saja, laba saya ini menantu yang baik sebagai akibatnya menuruti apa hikmah mereka, & sangat berguna sekali. Saat berangkat dari Chamonix hawa waktu itu hingga 33 derajat celsius, makin tinggi, makin terasa sejuk. Saat berhenti pada kereta gantung pertama buat ganti kereta gantung kedua, waktu keluar... brrrrr suhu mulai terasa dingin, baju hangat lekas-lekas kami pakai. Beberapa turis yang bersamaan dengan kami, menggigil lantaran bercelana pendek & bersandal jepit pula....

Wow, sampailah waktu itu kami pada Aiguille du Midi! Dinginnnnnn... & angin yang menusuk pendengaran menyambut tubuh kami waktu keluar menuju teras pada Aiguille du Midi yang suhunya mencapai minus 8 derajat! Dan sebuah gunung begitu perkasa namun lembut dengan salju yang menutupinya memukau, menciptakan semua pengunjung terpana.

Kami dikelilingi sang Pegunungan Alpen, saya merasa bagaikan dilingkari sang jarum-jarum raksasa putih  menjulang. Dan waktu suami saya, Kang Dadang alias David, berseru, "Lihat itulah Mont Blanc..!" Saya & anak saya tertentu berputar arah membuka lebar mata lantaran inilah saatnya asa saya menjadi kenyataan... bertemu dengan gunung yang diselimuti sang es & salju menjulang menyentuh langit, begitu megah begitu indah...

Saya ini sangat sensitif sekali bila berhadapan dengan alam. Kata anak saya, diri saya menjadi cengeng setiap kali memandang keagungan alam. Haru & hampir menangis waktu itu, laba Adam mulai meledeki ibunya yang mulai berkaca-kaca lantaran berhadapan dengan Mont Blanc, maka tak jadilah air mata haru ini hingga menetes....

Apabila saya yang hanya berhadapan dengan gunung bersalju kekal ini mampu begitu tersentuh & ingin sekali menyentuhnya, mampu saya bayangkan jiwa para pendaki yang rela berhadapan dengan maut demi berada pada puncak Mont Blanc... (DINI KUSMANA MASSABUAU)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top