Cerita sebelumnya:
kacamata berkualitas di optik tunggal Tukang Bohong?
https://fiksi.kompasiana.com/cermin/2013/08/20/kacamata berkualitas di optik tunggal-tukang-dusta-585628.html
Awalnya aku begitu bahagia memanfaatkan kacamata berkualitas di optik tunggal pendeteksi kebohongan yg aku peroleh menurut Si Kakek. Hal ini menjadi jauh lebih simpel mengetahui siapa saja yg hobby berbohong. Hampir seluruh orang yg aku temui tampak berhidung Pinokio, dengan panjang yg tidak sinkron-beda waktu dilihat dengan kacamata berkualitas di optik tunggal tadi. Padahal umumnya, aku hanya membaca menurut mulut paras, gesture & body language lainnya, untuk mengetahui apakah seseorang sedang berbohong atau nir.
Hari berikutnya, kacamata berkualitas di optik tunggal tadi mulai membuatku gundah waktu muncul pikiran, bagaimana jikalau kacamata berkualitas di optik tunggal ini sendiri yg berbohong? Jangan-jangan justru kacamata berkualitas di optik tunggal ini yg nir akurat, menjadi akibatnya menampilkan illusi optik yg seolah-olah orang yg dilihat dengan kacamata berkualitas di optik tunggal ini berhidung ala Pinokio. Siapa atau lembaga mana yg dapat memastikan kalau kacamata berkualitas di optik tunggal ini mempunyai taraf akurasi 100% untuk mendeteksi kebohongan. Bukankah seluruh alat ukur & timbangan wajib dapat dikalibrasi supaya akurat mirip timbangan pasar yg dikalibrasi sang Badan Metrologi.
Rupanya, imbas kacamata berkualitas di optik tunggal ajaib ini justru dapat merusak rasa percaya kepada orang lain. Bukankah setiap orang punya alasan sendiri untuk apa ia wajib berbohong untuk kebaikan ataupun keburukan. Aku dilarang menghakimi & menilai orang lain menurut kacamataku sendiri menurut apa-apa yg nir aku ketahui sepenuhnya. kacamata berkualitas di optik tunggal ini membuatku menjadi paranoid & mewaspadai seluruh orang menjadi suka berbohong. Ah, yg terperinci kacamata berkualitas di optik tunggal ini lebih banyak bahayanya daripada kegunaannya.
Aku memutuskan memformat ulang mindset-ku akan fungsi kacamata berkualitas di optik tunggal pendeteksi kebohongan. Aku katakan kepada diri sendiri, kalau apa yg aku lihat hanyalah illusi optik & nir ada sangkut-pautnya sifat atau sikap seseorang. Apapun yg aku lihat menurut kacamata berkualitas di optik tunggal ini, aku biarkan untuk nir menilai orang yg aku lihat tadi. Berhasil! Aku mulai berhasil mengendalikan pikiranku untuk nir men-judge orang lain.
***
Siang hari setelah sholat dhuhur, seorang sahabat datang membawa ijasah yg dipinjamnya untuk verfikasi lelang proyek. Tentu saja tidak lupa ia memberi amplop jasa sewa ijasah. Dunia memang aneh. Ijasah saja ternyata berguna untuk dipinjamkan & memproduksi.
"Thanks Mas Bro. Ini fee untuk ijasahnya," ucapnya sembari menyodorkan sebuah amplop putih.
"Terimakasih juga. Lain kali jangan sungkan-sungkan untuk pinjam lagi ya.... Hahaha...." Jawabku sembari tertawa waktu menerima amplop pemberiannya.
"Itu satu juta untuk 2 proyek. Nanti dah kalau ada pekerjaan lagi, aku sub-kan ke anda saja ya," tutur temanku.
"Boleh, menurut harganya didasarkan & nir banyak rabat," jawabku sembari menepuk pundaknya.
***
Jam kantor sudah akan berakhir, aku teringat uang yg tadi aku dapat menurut seorang sahabat. Aku pikir, mengapa nir dipakai untuk melunasi hutang pembelian lensa kacamata berkualitas di optik tunggal saja. Lagi juga, aku juga ingin meminta klarifikasi kepada Si Kakek pemiliki optik, bagaimana mekanisme pemecahan pendeteksiannya. Terutama bagaimana input, proses & output yg dipakai kepada lensa kacamata berkualitas di optik tunggal ini.
Jam 16.12, aku sudah keluar menurut kantor & meluncur ke toko optik. Setelah memarkir motor & melepas helm, aku bergegas masuk ke dalam optik.
"Selamat sore... Ada yg dapat kami bantu," sapa bunyi seorang wanita.
Alhamdulillah, ternyata 2 wanita manis penjaga optik sudah kembali. Padahal tempo hari 2 kali ke optik, aku nir menemukan mereka berdua. Namun kali ini aku nir hendak mencari & menemui mereka. Aku hendak menemui Si Kakek yg telah memasangkan lensa spesifik id frama kacamataku.
"Eh iya... Selamat sore juga. Saya tempo hari membeli & memasang lensa kacamata berkualitas di optik tunggal & kurang 100 ribu pembayarannya," sembari menyodorkan kuitansi pembelian yg belum distempel lunas.
Si wanita manis pertama menerima kuitansi & uang yg aku sodorkan dengan mulut terkejut.
"Sebentar Mas ya," sembari berlalu menuju ke penjaga optik lainnya yg sedang mengelap beberapa frame kacamata berkualitas di optik tunggal. Mereka tampak berbisik-bisik membahas sesuatu yg rahasia yg ada kepada kuitansi, sembari sesekali melihat ke arahku. Berikutnya, si wanita kembali berjalan ke arahku & mengatakan, "Baik, uang kekurangan pembayarannya saya terima."
"Eh mana ya Si Kakek yg dulu melayani pembelian saya?"
"Mas bertemu dengan Si Kakek kapan?"
"Lah ya waktu mengganti lensa kacamata berkualitas di optik tunggal ini, mirip yg tercantum kepada tanggal pembelian," aku menentukan tanggal yg tercantum kepada nota pembelian.
"Apakah kakek yg Mas temui itu wajahnya mirip yg ada kepada foto itu?" Tanya Si Wanita sembari menentukan ke sebuah foto mungil kepada bawah jam dinding.
Aku baru menyadari kalau ternyata ada sebuah foto yg sudah kusam kepada bawah jam dinding.
"Iya betul, memang itu Si Kakek yg melayani pembelian saya. Memang siapa si Kakek?"
"Tadinya saya nir ingin memberi tahukannya. Saat Mas menyodorkan kuitansi dengan mengambarkan tangan Si Kakek, saya pikir Mas pembeli lama yg baru akan membayar hutang. Si Kakek pemilik optik ini. Beliau memang sering menjual barang bahkan memberi hutang bagi pembeli yg kurang bisa."
"Lalu Si Kakek sekarang kepada mana?"
Si Wanita memberi aba-aba untuk mendekatkan kepalaku. Dengan berbisik ia mengatakan, "Si Kakek sudah mangkat setahun yg lalu."
"Wah jangan dusta Mbak. Saya baru bertemu minggu lalu. Masak penglihatan saya salah?"
"Ini betul Mas. Si Kakek memang sudah mangkat setahun yg lalu. Tanggal pembelian kepada nota itu artinya pas setahun meninggalnya Si Kakek. Perlu Mas ketahui, optik ini sedang libur 2 hari, karena pemilik & kami seluruh sedang berlibur untuk memperingati setahun meninggalnya Si Kakek," ujar Si Wanita mencoba menjelaskan dengan mulut meyakinkan.
Aku terdiam sejenak. Faktanya, aku sendiri yg melihat & berbincang dengan Si Kakek. Katanya, kepada tanggal tadi, optik ini libur karena pemilik & karyawannya sedang liburan dengan. Jangan-jangan, Si Kakek sakti yg aku temui & menjual lensa ajaib itu artinya siluman? Ah, mengapa aku nir coba lihat Si Wanita ini pakai kacamata berkualitas di optik tunggal ajaib, untuk mengetahui apakah ia berbohong atau nir. Ternyata, Si wanita jujur mengatakannya. Hidung Si Wanita nir berubah panjang mirip Pinokio.
"Iya deh, saya percaya," jawabku dengan seluruh bulu menjadi berdiri karena merinding mengetahui kebenaran klarifikasi Si Wanita.
"Baik Mas, uang kekurangan sudah saya terima. Ini saya beri sebuah lap kacamata berkualitas di optik tunggal menjadi diskon kejujuran membayar residu pembayaran." Si Wanita kemudian menampakan sebuah kain lap berukuran kurang lebih 15cm x 15cm berwarna merah. Padahal biasnya kain lap kacamata berkualitas di optik tunggal tadi berwarna orange atau kuning.
"Cara menggunakannya, usap lensa menurut kiri ke kanan. Jangan menggosok lensa mirip mengelap piring, untuk menghin menurut lensanya tergores." Si Wanita memintaku melepas kacamata berkualitas di optik tunggal yg aku pakai & memperagakan cara mengelap lensa kacamata berkualitas di optik tunggal.
"Nah silahkan dicoba sekarang," pinta Si Wanita.
Aku mencoba memakai kembali kacamata berkualitas di optik tunggal yg telah dibersihkan sang Si Wanita. Benar saja, pandanganku tgampak begitu jernih & bening waktu melihat kumpulan kacamata berkualitas di optik tunggal yg ada kepada etalase. Aku sapu pandanganku ke arah dinding yg terdapat poster produk kacamata berkualitas di optik tunggal. Semua tampak begitu mengagumkan & lebih berwarna. Namun yg membuatku terkejut artinya waktu pandanganku terarah ke Si Wanita. Mengapa Si wanita tampak nir berpakaian? Aku segera mengalihkan pandangan & melepas kacamataku.
"Bagaimana Mas, sudah higienis kacamatanya?"
"Eh iya.. sudah higienis... Bagus bodynya... Eh lensanya..." Jawabku dengan keringat dingin mulai mengalir. Aku nir habis pikir. Keanehan apalagi yg terjadi kepada kacamataku ini.
Perlahan aku mengalihkan pandangan ke Si Wanita penjaga Optik, & ternyata ia berpakaian lengkap. Kesimpulanku, absolut ini imbas lensa kacamata berkualitas di optik tunggal yg diberikan sang Si Kakek. Lalu mengapa sekarang berubah menjadi kacamata berkualitas di optik tunggal tembus pandang ala Superman? Karena bertanya-tanya, aku coba kenakan kembali & melihat ke arah Si Wanita. Aneh... Ternyata Si Wanita masih tetap tampak dengan sandang semula. Apa mungkin ini imbas menurut lap kacamata berkualitas di optik tunggal yg berwarna merah ini?
"Saya coba lapnya Mbak ya. Perhatikan jikalau saya salah menggunakannya," pintaku sembari memegang kacamata berkualitas di optik tunggal kepada tangan kiri & kain lap merah kepada tangan kanan. Aku menggosok lensa dengan searah didasarkan instruksi yg diberikan Si Wanita. Setelah mengelapnya, aku menocba memakai kacamata berkualitas di optik tunggal kembali dengan jantung berdebar.
"Benar saja..... Benar saja...." Gumanku waktu melihat Si Wanita menurut balik kacamataku. Aku arahkan pandangan ke Si Wanita lain yg sedang berdiri menata kacamata berkualitas di optik tunggal kepada raknya. Hasilnya sama. Si Wanita juga tampak polos saja.
"Apanya yg betul Mas?" Tanya Si Wanita yg berada kepada depanku.
"Eh ini kacamatany jadi lebih terperinci & bening," jawabku dengan tangan gemeteran karena cukup shock juga melihat 'pemandangan' menurut kacamata berkualitas di optik tunggal aneh ini. Wah kacamata berkualitas di optik tunggal ini absolut berkhasiat untuk petugas keamanan bandara atau daerah lainnya, supaya mereka nir perlu menggeledah pengunjung, tetapi cukup dilihat menggunakan kacamata berkualitas di optik tunggal tembus pandang ini saja.
Setelah mengemas kain lap untuk aku tambahkan kepada saku, aku segera berpamitan kepada 2 wanita manis penjaga toko, sembari tetap menggunakan kacamata berkualitas di optik tunggal tembus pandangku.
"Haduh... keanehan apa lagi yg aku akan alami berikutnya dengan kacamata berkualitas di optik tunggal ini," pikirku sesaat setelah meninggalkan optik tadi. Perlu hati & pikiran higienis untuk menggunakannya. Bisa enggak ya?
___________________________________________
FIKSI INI HANYA BOHONG BELAKA :P
Tidak ada komentar:
Posting Komentar