Minggu, 11 Februari 2018

Pilih Mana, Menikah Muda atau Tidak

Pilih Mana, Menikah Muda atau Tidak

Menikah, oh menikah...

Menginjak semester 6 di bangku perkuliahan, harapan menikah bagi para pemuda tentu semakin harum semerbak. Ketika mendapatkan tugas kuliah atau beban hayati yg dirasa berat, mantra yg selalu menjadi andalan (terutama bagi wanita) yakni "Duh, rasane pengen rabi ae (duh, rasanya ingin menikah saja)". Belum lagi ketika melihat sepasang pemuda-pemudi di area kampus maupun di warung kopi, duh... bawaannya tertentu baper deh. Lantas, apakah menggunakan menikahi & dinikahi segera maka kita akan terbebas berdasarkan tugas kuliah & senang selama-lamanya? Tentu saja TIDAK hahahaha (biarkan).

Beberapa tahun terakhir, menikah muda menjadi "tren" di banyak sekali strata warga. Contoh figur yg tahun lalu sempat membangun heboh netizen yakni keliru satu anak Ustadz prominen Arifin Ilham, Alvin, menetapkan untuk menikahi mbak-mbak chinesse di usia 17 tahun. Atau sebut saja beberapa gugusan orang-orang ternama misalnya Raffi Ahmad, Shireen Sungkar, Taqy Malik, & masih banyak lagi.

Bahkan amati saja ketika kita berjalan-jalan di sentra keramaian, maka akan ditemui pasangan-pasangan muda layaknya berpacaran namun telah menggendong buah hati. Yang menjadi pertanyaan akbar, apakah menikah muda adalah keputusan yg paling sempurna? Mengingat banyak sekali pertimbangan yg harus dilakukan sebelum & selesainya menikah, pula pertimbangan dalam memilih teman sehidup semati yg diharapkan hanya satu untuk selamanya... cielah.

Dalam Islam, menikah adalah keliru satu bentuk penyempurnaan ibadah. Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur'an yg menyinggung perkara ter-baper ini. Memang sejatinya insan diciptakan berpasang-pasangan & telah niscaya punya jodoh masing-masing tanpa terkecuali. Jadiii kalau kau nggak punya pasangan, jangan-jangan kau bukan insan... ga deng. Jangan khawatir bagi yg belum punya pasangan, jodoh niscaya bertemu kok. Okaaay daripada semakin melantur tidak terang, tertentu saja kita coba teropong sedikit ihwal nikah muda ini berdasarkan kacamata berkualitas di optik tunggal plus & minus.

On the positive side, nikah muda akan banyak membantu kita dalam menghindari pergaulan bebas & pelecehan seksual yg semakin ke sini semakin mengerikan. Bayangkan, keluar tempat tinggal barang sementara waktu saja harus izin suami. Ke mana-mana pun muncul yg nemenin binjagain.Ketika kita telah memiliki pasangan halal, in syaa Allah hayati kita lebih kondusif & tenteram dibandingkan dikala kita masih sendiri. Tapi harus tetap berhati-hati di manapun & kapanpun, ya!

Selain itu, usia 18 hingga 20 ke atas sedikit adalah fase di mana "rasa ingin memiliki" satu sama lain sangatlah bertenaga. Hal ini adalah motivasi terbesar untuk merencanakan masa depan menggunakan. Apalagi menggunakan banyak sekali ambisi & semangat muda yg masih anget, seandainya dapat disatukan menggunakan baik maka akan terwujudlah visi & misi hayati menggunakan yg luar biasa. Berbeda ketika seseorang menikah di usia yg "terlalu matang", biasanya semangat yg dimiliki tidak sebanyak ketika belia sebagai akibatnya motto yg dimiliki malah "sing krusial rabi, wis ngono ae(yg krusial nikah, udah gitu aja)". Yaelah... Kalau meminjam kata anak jaman now itu namanya "ga asique".

Di samping itu, seandainya menikah muda menjadi pilihan maka jarak usia antara orang tua & anak-anaknya tidak akan terpaut jauh sebagai akibatnya tidak terjadi ketimpangan zaman. Apalagi seandainya kita diberikan umur panjang nan barokah (aamiin), maka kita dapat lebih optimal dalam mendampingi anak mulai berdasarkan mini hingga dewasa. Dan yg terakhir, menikah muda dapat mengganti hal-hal yg dulunya biasa menjadi penuh rahmat & berlimpah pahala. Duh, kok baper ya ngetiknya...

Sedangkan dalam kacamata berkualitas di optik tunggal minus, nikah muda biasanya rawan akan cekcokdan perceraian. Sebab, perkembangan sosial & emosional kaum muda masih fluktuatif sebagai akibatnya akan menimbulkan banyak perselisihan. Keegoisan masuk akal para pemuda pula acapkali menjadi pemicu perpecahan. Meski kedewasaan seseorang tidak dievaluasi berdasarkan usia, namun tetap saja usia muda menjadi masa "pemberontakan" terbesar dibanding masa-masa kehidupan lainnya.

Dari sisi medis, nikah muda pula memiliki beberapa resiko bagi wanita misalnya lemah janin, keguguran, & infeksi rahim lantaran organ vital yg dibutuhkan untuk fertilisasi & seterusnya masih dalam masa perkembangan. Dan yg terakhir, menikah muda dapat jadi mengganggu produktivitas seseorang yg seharusnya masih punya banyak waktu untuk melakukan banyak sekali aktivitas asyik & "support jomblo"misalnya berorganisasi sana-sini, menjadi relawan, nongkibersama teman-teman sesama jomblo, & sebagainya, malah disibukkan untuk mengurus pasangan & anak. Meski begitu, semua tergantung dalam yg menjalani hayati sih because we life to choose, not choose to life.

So, is that good or not?

Jika kita merasa belum siap menghadapi after-marriage-thingsseperti have a baby,mengurus keperluan tempat tinggal tangga, menafkahi istri & anak, serta hal-hal lain yg dirasa belum sanggup, mari kita terus memperbaiki diri & sebisa mungkin menjauh berdasarkan pergaulan bebas. Banyak hal yg dapat dilakukan untuk menahan diri berdasarkan pernikahan-yg-tak-diinginkan misalnya mengikuti banyak majelis ilmu, berpuasa sunnah, & sebagainya didasarkan  menggunakan anjuran agama.

Dan apabila kita merasa telah kebeletmenikah, pula jangan terburu-buru merogoh keputusan. Alangkah lebih baik seandainya mempertimbangkan banyak sekali aspek kehidupan misalnya kedewasaan, finansial, kepercayaan diri, tanggungjawab, pula yg terpenting adalah restu orang tua. Pikirkan pula bagaimana kau akan menjalani kehidupan yg telah niscaya 180 derajat tidak sinkron berdasarkan sebelum pernikahan.

Bedakan pula kata "disegerakan" menggunakan "terburu-buru". Ini yg paling important. Jangan-jangan, kau pengen nikah hanya lantaran tidak bertenaga lihat teman-temanmu dalam nikah satu persatu? Atau, lantaran kau nggak terima kalau mantanmu nikah duluan? Nah, lho. Jangan hingga menyesal nantinya, ya. Karena sejatinya menikah bukan lantaran siapa cepat siapa dapat, akan akan tetapi siapa sempurna niscaya dapat.

Jadi, bukan berarti menikah muda itu baik atau tidak baik. it depends on you and your needed,& calon teman hidupmu pula pastinya... Percuma dooongkamu ngotot nikah sedangkan yg mengajak atau yg diajak nikah belum muncul, yakali mau nikah sendirian? Hehe.

And the last but not least, sesungguhnya tidak muncul kata terlambat menikah, pula tidak muncul kata terlalu cepat menikah. Menikah bukan ajang perlombaan, pula bukan aktivitas yg dapat dilakukan suka-suka. So, please get married precisely, not immediately. Oyi?

Sekian & terima jodoh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top