Minggu, 11 Februari 2018

Televisi dan Bisnis Televisi dalam Indonesia

Televisi & Bisnis Televisi di Indonesia

Belakangan, aku semakin menikmati tayangan Indonesia Mencari Bakat yg disponsori oleh .... (baca : bla bla bla). :-D Karena cita rasanya, telah jarang di televisi kita, hiburan & warta yg menarik & berguna, dan mendidik. Tidak menyangka bakat-bakat yg dimiliki JP Milenix (drummer perempuan cilik asal jakarta) , Funky Papua (penari hip hop, 3 orang dewasa), Brandon (penari hip hop cilik asal Surabaya), & para peserta lainnya. Masing-masing di antara mereka mempunyai bakat-bakat luar biasa yg jarang di-capture oleh stasiun-stasiun televisi kita.

Capturing. Nah berikut ini tutur yg tepat buat menggambarkan betapa televisi sebagai satu dari teknologi telekomunikasi dapat melakukan fungsi to capture ini. Pesawat ini dapat digunakan sebagai indera buat memfokuskan perspektif kepada sesuatu hal (sesuatu selalu dapat dipandang dari beberapa perspektif sekaligus; ya kan? ) menjadi satu perspektif saja. Karena itu, aku katakan capturing yg dilakukan oleh televisi dapat (atau seharusnya?) difokuskan kepada perspektif ketertarikan, kebermanfaatan, & keterdidikan.

Daripada membahas acara televisi mana yg berguna atau menarik atau mendidik, atau memilih-nunjuk hidung stasiun mana yg tayangannya mempunyai tendensi membodohi, menarik akan tetapi tidak berguna, menggunjing orang lain (seniman terutama), membelokkkan isu yg hangat di masyarakat, lebih baik kita bahas saja teknologi televisi itu & keadaannya waktu ini ditinjau dari poly sekali kacamata berkualitas di optik tunggal (baca : perspektif).

Teknologi televisi yg kita rasakan hingga waktu ini adalah jenis teknologi yg ditemukan secara bertahap & beserta penemuan teknologi terpenting (yaitu kepada televisi di Indonesia waktu ini yg poly digunakan : televisi CRT) adalah tabung sinar katoda oleh Karl Ferdinand Braun, seseorang Jerman. Dan sejak akhir tahun 1930-an teknologi televisi (dalam versi yg lebih lengkap termasuk penggunaan picture elements / pixel sebagai pemendar warna dari layar) mulai diproduksi massal & dikomersialisasikan. Sang wahana pemberi warta yg tadinya berwarna monokromatik (hitam-putih), sekarang dapat dinikmati dalam poly sekali warna. Tingkat teknologi yg digunakan pula telah semakin beragam & semakin sophisticated. Mulai dari layar sedikit cembung, hingga layar datar. Dari memakai tabung sinar katoda (CRT Television), hingga televisi plasma & televisi LCD. Kata televisi berasal dari campuran bahasa Latin and Yunani yg berarti "pandangan jauh ": akar tutur Yunani, yaitu tele, jauh, & tutur Latin visio, pandangan. Penggunaannya hingga waktu ini sangat beragam, mulai dari tempat tinggal, institusi perkantoran, hingga sahabat mengantri dokter gigi kesayangan di kota sendiri :-D

Sejak 1970-an ketersediaan video cassettes, laserdiscs, DVDs & sekarang Blu-ray Discs, semakin menunjang ketersediaan beragam hiburan bagi masyarakat. Jadi tidak wajib selalu bergantung kepada televisi jaringan, yakni televisi broadcast (penyiaran). Televisi ini memakai prinsip yg sama seperti radio, jadi memakai rentang frekuensi eksklusif (umumnya, 54-890 Megahertz) berikut gambar & suaranya.

Sebagai bisnis, televisi berusaha keras menjangkau lapisan masyarakat seluas-luasnya. Dengan mengandalkan pemasukan iklan sebagai pendapatan, maka laba bisnis pertelevisian adalah selisih pemasukan iklan dikurangi beserta porto-porto dalam pembuatan acara-acara televisi. Oleh karena itu, pola acara televisi yg akan ditayangkan di negeri ini memang umumnya bergantung kepada siapa yg sebagian akbar menonton televisi. Tentu, keadaan ini sangat ditentukan oleh bagaimana masyarakat akan memilih acara yg akan ditonton. Dan ternyata, taraf pendidikan seseorang akan sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan ini.

Sampai tahun 2006, masih ada 60 juta tempat tinggal tangga di Indonesia yg 40 juta di antaranya diperkirakan telah menikmati peredaran listrik. Dari jumlah yg menikmati peredaran listrik tersebut, hampir seluruhnya mempunyai pesawat televisi sendiri. Dan kemudian, mengingat pasarnya yg sedemikian akbar, telah masih ada 11 stasiun televisi nasional & lebih dari 70 stasiun televisi lokal di Indonesia, kepada 2007. Pola acara-acara yg ditayangkan adalah sangat beragam, mulai dari warta, hiburan, hingga beserta olahraga.

Penonton televisi di Indonesia sendiri sebagian akbar berasal dari kalangan masyarakat menengah ke bawah, yaitu tempat tinggal tangga beserta pengeluaran per bulan < Rp1.500.000,00. Persentase segmen masyarakat yg sebesar 75% ini menghabiskan sebagian akbar waktu luangnya, terutama kepada sore & malam hari, buat menonton tayang televisi. Program yg paling diminati adalah sinetron, reality show, film & infotainment.

Sisa segmen yg ada (sekitar sebesar 25%), masuk ke dalam gerombolan pemirsa dari kalangan menengah ke atas. Kalangan dari tempat tinggal tangga beserta pengeluaran > Rp1.500.000,00 per bulan ini membagikan perilaku menonton yg tidak selaras. Pemirsa ini umumnya berada di tempat perkotaan, terutama kota-kota akbar di Indonesia. Mereka mempunyai orientasi, pola pikir & gaya hayati yg mengikuti tren global, karena umumnya segmen ini mempunyai taraf pendidikan yg lebih tinggi dibandingkan beserta segmen yg satu lagi. Karakter lain yg dimiliki segmen ini adalah kritis terhadap kualitas layanan & rasional dalam memilih tayangan apa yg ingin ditonton. Belakangan, segmen masyarakat yg ini memunculkan kehadiran 2 stasiun televisi yg sepenuhnya menginformasikan warta saja.

Kini kehadiran televisi sebagai penyedia hiburan mulai ditantang oleh keberadaan poly sekali gadget. Mulai dari handphone (yg telah sanggup internet, bermain game, memutar musik), console game (playstation, PSP, XBOX), laptop, dst. Akan namun, pastinya di negeri kita tercinta ini, segala peradaban masih benar-benar beragam. Peradaban yg tidak tahu televisi itu apa, peradaban yg mengisi waktu luangnya beserta menikmati tayangan televisi, peradaban yg memilih-milih tayangan televisi, hingga peradaban yg tidak mau lagi menonton televisi, kecuali warta & tayangan yg mendidik, menarik & berguna. Nonton Hudson-Jessica dulu ahh,,, :-D

hudson-prananjaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top