Minggu, 11 Februari 2018

Taufiq Kiemas Kemungkinan Menderita Disleksia

Taufiq Kiemas Kemungkinan Menderita Disleksia

Ketua MPR Taufiq Kiemas (TK)balik  mempermalukan dirinya sendiri, & juga bangsa & warga Indonesia,  dalam acara memperingati Kesaktian Pancasila, 1 Oktober 2010.

Ada sekitar 4 -5 kali Ketua MPR ini keliru membaca teks Pembukaan UUD 1945, & keliru membaca Sila ke-3 & ke-5 Pancasila. Seperti yang dapat dibaca di info yang saya lampirkan di bawah.

Sebelumnya, di gedung MPR, kepada 20 Oktober 2009 kemudian, waktu peresmian SBY Boediono sebagai Presiden & Wakil Presiden, TK membaca pidatonya menggunakan tergagap-agap seperti seseorang anak yang baru belajar membaca.

Sudah begitu berkali-kali beliau berbuat kesalahan berpidato yang membuatnya sebagai bahan tertawaan di upacara peresmian Presiden & Wakil Presiden itu. Bayangkan saja seseorang kepala MPR, di dalam acara yang sedemikian penting dihadiri tamu-tamu negara teman juga berperilaku konyol seperti itu.

Waktu itu (20 Oktober 2009) beberapakali beliau lupa menyebutkan nama mantan dua Presiden/Wapres yang hadir, yakni B.J. Habibie & Jusuf Kalla, keliru mengeja nama B.J. Habibie, & juga keliru menyebut nama lengkap & gelar akademis SBY.

Ketika menyebut nama Boediono sebagai wakil presiden pun, TK menyebutkan bahwa Presiden SBY- Wakil Presiden Boediono yang sudah mengemban tugas selama lima tahun. Padahal dilantik saja baru hari itu.

Pidato banyolan tadi bisa Enda unduh di sini buat mendengarnya:

https://www.youtube.com/watch?v=Jqxtc2teI9sdanfeature=related

Dijadikan bahan tertawaan, bukannya merasa membentuk malu, akan tetapi malah tetap ceria, guyon, & tertawa. Menganggap kekonyolan-kekonyolannya itu lucu, & nir penting.

Beginilah akibatnya kalau perpolitikan Indonesia sebagai ajang dagang sapi, tawar-menawar jabatan (lebih sempurna: jual-beli jabatan berupa kompensasi politik), ajang berbalas budi, & sejenisnya. Sehingga presiden pun wajib tunduk kepada parpol buat mengarah menteri atau pejabat tinggi nagara lainnya .

Tidak perduli bagaimana kualitas, bagaimana kapasitas & kompetensi yang bersangkutan. Yang penting presiden wajib mengarah calon(-calon) yang mereka sodorkan, lantaran sebelumnya dalam pilpres sudah berjasa mendukung/memenangkan yang bersangkutan, &/atau sebagai posisi tawar buat bisa tetap mendukung/mengamankan posisi presiden di parlemen.

Demikianlah hak prerogatif presiden pun disunat, sistem pemerintahan yang ucapnya presidensial, malah diterapkan secara nir konsisten & konsekuen (sebagai separoh presidensial, & separohnya lagi parlementer?). Karena masih wajib timbul intervensi menurut parpol, & juga menurut DPR dalam memilih pejabat-pejabat tinggi negara tertentu, seperti Kapolri.

Hasilnya, beginilah yang kita saksikan menggunakan: Bagaimana rendahnya kualitas beberapa menteri & pejabat tinggi negara yang kita miliki sekarang. Salah satu contohnya adalah si TK ini.

Bagaimana bisa, sulit dipercaya cita rasanya, timbul Ketua MPR yang belum bisa lancar membaca, & keliru dalam mengucapkan pembukaan UUD 1945, & keliru membaca sila-sila dalam Pancasila. Padahal sudah tercantum dalam teks pidatonya itu. Kenapa masih tetap keliru mengucapkannya?

Apakah lantaran gugup, pikun, kacamatanya plus-nya bertambah, menderita disleksia, atau lantaran sebenarnya orang ini adalah seseorang yang dahulu sebenarnya putus sekolah sewaktu masih di TK (Taman Kanak-kanak),  yang entah bagaimana caranya bisa kesasar sebagai Ketua MPR?

Untuk kali berikutnya, kalau mau baca pidato, barangkali usahakan seseorang TK (Kiemas) didampingi seseorang anak SD (Sekolah Dasar) buat menuntunnya, mengajarnya cara membaca!

Sejak Oktober 2009 hingga menggunakan hari ini, ternyata TK belum juga bisa belajar membaca menggunakan output yang baik.

Semua di atas bisa jadi yang sebagai penyebab TK gagap dalam membaca, lupa/keliru mengucapkan nama & gelar sarjana seseorang. Apabila betul demikian seharusnya TK nir berkompeten buat sebagai Ketua MPR.

TK bisa sebagai Ketua MPR lantaran adalah bagian menurut balas budi kubu SBY/Demokrat lantaran si TK ini berseberangan menggunakan istrinya, Megawati, -- mendukung SBY.

Seperti saat berperilaku konyol di Gedung MPR kepada acara peresmian presiden & wakil presiden yang saya sebutkan di atas, lagi-lagi saat keliru mengucapkan Pembukaan UUD 1945, Pasal 3 & 5 menurut Pancasila tadi, saat ditanya wartawan, TK menanggapinya menggunakan nada santai saja. Seolah-olah itu bukan sesuatu yang seharusnya membuatnya membentuk malu luar biasa.

Biasalah, namanya saja orang tua, jadi agak keliru baca. Demikian komentarnya menggunakan senyum.

Sang putrinya pun, Puan Maharani membela ayahnya. Bukan hanya membela saja, malah menyalahkan orang yang menyiapkan pidato ayahnya itu sebagai kambing hitamnya. Dia menyampaikan bahwa kesalahan sang ayah hanya adalah kesalahan teknis, Yang membantu & menyiapkan pidato itu yang kurang sigap. Bagaimana bisa beliau menyalahkan si pembuat pidato padahal yang tercantum di teks pidato itu sudah betul. Seandainya saja di teks pidatonya yang keliru ketik, -- kalau itu pun yang terjadi --, tetap saja, sebagai seseorang pejabat tinggi negara, Ketua MPR, makanan beliau nir hafal suara Sila 3 & 5 Pancasila itu? Sangatmemprihatinkan cara pembelaan si anak yang demikian caranya, mencari kambing hitam. Padahal kentara-kentara sang ayah lah yang keliru, yang entah lantaran menderita pikun, berukuran kacamata berkualitas di optik tunggal plus-nya perlu ditambah, disleksia, atau lainnya. Dari pernyataan Puan Maharani seperti di atas, kita patut menyangsikan kualitas & integritas dalam perpolikan di negara ini. Seorang petinggi parpol, yang barangkali kelak juga sebagai pejabat tinggi negara, atau maju sebagai capres, mempunyai konduite yang enggan introspeksi diri, nir mau disalahkan (padahal kentara-kentara keliru), & suka mencari kambing hitam saja atas kesalahan yang dilakukan oleh pihaknya.***

https://nasional.kompas.com/read/2010/10/01/11091363/Duh..Taufiq.Kiemas.Keseleo.Lidah.Lagi

Gambar menurut Kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top