Minggu, 11 Februari 2018

Usai Letusan, Daratan Baru Itu Muncul

Usai Letusan, Daratan Baru Itu Muncul

PULAU BALAI, KOMPAS.com - Misteri di pergimunculnya daratan baru berbentuk gunung di perairan Haloban, Kecamatan Pulau Banyak, Aceh Singkil, mulai relatif tersibak. Warga Haloban ternyata mendengar bunyi letusan dahsyat asal arah laut dalam Selasa (13/4) malam, baru esoknya seorang nelayan menemukan daratan baru yang menyemburkan lumpur di antara Pulau Tailana serta Madang Kati, kurang lebih 3 mil arah utara Haloban. Wartawan Serambi, Dede Rosadi mendapatkan gosip itu di Haloban (Pulau Tuangku), 40 mil (lima jam bepergian naik boat) asal Kota Singkil dalam Jumat (16/4) siang.

Beberapa warga Haloban yang ditanyainya, mengaku sempat mendengar bunyi ledakan akbar asal arah laut dalam Selasa (13/4) malam. Namun, ketika itu nir ada warga yang menganggap ledakan itu ada kaitannya menggunakan fenomena munculnya daratan baru di dekat Pulau Haloban pascagempa berkekuatan 7,2 skala Richter (SR) yang terjadi sepekan sebelumnya (Rabu dini hari, 7 April 2010). Ya, kami dengar ada bunyi ledakan akbar asal laut, tapi kami nir menyangka ada kontak menggunakan munculnya daratan baru di antara Pulau Tailana menggunakan Madang Kati yang cuma 3 mil asal Haloban, kata Anhar (40), warga Haloban. Beberapa teman Anhar, antara lain Jafril, membenarkan pengakuannya.

Dilaporkan juga bahwa dasar laut yang naik itu dapat dicermati secara kasat mata asal bagian atas laut. Puncaknya hanya berjarak kurang lebih 3-4 meter lagi asal bagian atas. Tadinya, kedalaman laut di situ mencapai 18 hingga 20 meter. Artinya, terjadi pendangkalan yang cukup signifikan hanya dalam 3 hari. Bentang daratan yang baru ada itu berkisar antara 45-50 meter. Wartawan Serambi Dede Rosadi kemarin sore ikut menyelam di lokasi itu menggunakan Taufik, anggota DPRK Aceh Singkil, serta sejumlah nelayan setempat. Pada kedalaman lima meter asal bagian atas laut, ia mengaku dapat menyaksikan gelembung air serta semburan lumpur campur pasir yang terus ke luar asal puncak daratan yang sekilas mirip gunung itu. Volume semburannya mungil, tapi tempat menyemburnya banyak.

Gelembung air berbusa-busa (dalam bahasa setempat turak) terus keluar asal bagian atas daratan baru itu. Lumpur campur pasir serta tanah liat (lempung) juga terus menyembur. Selain itu, dasar laut di seputaran Haloban yang, menurut nelayan setempat, lazimnya berpasir putih, kemarin terlihat sudah berganti warna sebagai kehitam-hitaman, bercampur tanah serta batu kerikil mungil serta akbar. Maksimum ukurannya dua kepalan tangan orang dewasa. Bebatuan tersebut terhampar di dasar laut, tidak jauh asal sekeliling daratan yang baru ada itu. Untuk mendapatkan model batu di dasar laut, sangatlah sulit, lantaran dalam. Diperlukan nyali kuat serta pengalaman menyelam yang tangguh buat berhasil mendapatkannya. Sejumlah penyelam yang memakai kacamata berkualitas di optik tunggal selam serta dibantu oksigen yang disalurkan melalui kompresor, di antaranya Iwan, berhasil mendapatkan sampel batu tersebut. Selain hitam, ada juga bebatuan yang berwarna kehijau-hijauan serta kekuning-kuningan.

Sementara di Pulau Haloban, beberapa kaum laki-laki berkumpul menggunjingkan insiden langka itu. Selain membayangkan yang angker-angker, ada juga yang berharap kalau-kalau benda-benda yang menyembur asal dasar laut itu masih ada harta karun. Hingga kemarin sore, pihak aparat keamanan juga terlihat berpatroli memakai boat di seputar lokasi daratan tumbuh itu. Nelayan tidak ada lagi yang merapat buat memancing di sana, lantaran populasi ikan yang umumnya banyak di situ kini sama sekali tidak ada lagi.

Info lain yang didapat, batu-batu kerikil yang ditemukan di atas puncak semburan itu umumnya berwarna hitam serta dapat menggunakan gampang terbakar barah. Beberapa warga bahkan menyimpan batuan tersebut, lebih-lebih yang berwarna kuning keemasan, lantaran mereka duga (harapkan) mengandung partikel emas. Tachsis, warga Pulau Balai yang mempunyai indera GPS mengabari Serambi kemarin siang bahwa daratan tumbuh itu berada di titik koordinat 0217742 Lintang Utara serta 09713296 Bujur Timur.

Suhu panas
Sementara itu, suhu udara di Haloban, desa paling terdekat ke lokasi insiden, seharian kemarin terasa panas. Menurut warga, kenaikan suhu udara secara drastik justu dirasakan pascamunculnya calon daratan baru itu, Rabu (14/4) lalu. Terkait fenomena langka ini, Taufik, anggota DPRK Aceh Singkil, mendesak pemerintah segera menurunkan tim ahli buat meneliti. Perlu segera dipastikan apakah insiden alam itu berbahaya atau nir bagi manusia atau makhluk hidup lainnya di sekitarnya. Pemerintah wajib segera memberi jawaban atas pertanyaan serta kegelisahan masyarakatnya, kata politisi PDIP ini.

Beberapa warga Haloban menyesalkan sikap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Singkil yang belum juga menurunkan tim pemantau atau tim survei, padahal insiden yang menghebohkan itu sudah berlangsung 3 hari. Menurut warga, yang sudah turun ke lokasi baru setingkat Muspika Pulau Banyak.

Jangan panik
Dari Banda Aceh, Gubernur Irwandi Yusuf menyerukan agar warga Pulau Tuangku serta sekitarnya jangan panik, mengingat fenomena munculnya daratan atau bahkan gunung baru asal dasar laut, bukanlah insiden yang luar biasa. Di beberapa tempat di Tanah Air, demikian juga di luar negeri, hal mirip itu masuk akal terjadi, meski nir sering. Munculnya semburan lumpur pascagempa juga pernah terjadi di Tasikmalaya, Jawa Barat, juga di selatan Pulau Timor. Ini fenomena  pascagempa tektonik, ujar dokter binatang ini.

Dari gejala-gejala permulaan yang tampak, Gubernur Irwandi tidak terlalu cemas dalam syarat di lokasi yang masih menyemburkan lumpur serta bebatuan itu. Sebab, ikan-ikan belum ada yang terlihat tewas, warga yang datang ke lokasi itu pun nir ada yang kelenger lantaran terhirup gas berbahaya. Begitupun, ia ingatkan warga di Pulau Banyak buat membatasi kunjungan ke lokasi semburan itu, sebelum tim riset tiba. Jangan dekat, jikalau tidak ingin jadi daging rebus, ungkapnya 1/2 bercanda seraya menyatakan, ikan-ikan dalam lari asal lokasi itu lantaran takut jadi ikan rebus segar.

Irwandi menyatakan sudah menginstruksikan Kadis Pertambangan serta Energi Aceh buat segera mengirim tim ke kepulauan berpenduduk 7.000 jiwa itu. Mudah-mudahan, hari Senin sudah ada tim Distamben yang tiba di sana, ujar Gubernur seraya berharap Distamben Aceh Singkil usahakan bergerak lebih awal.

Sementara itu, Wakil Gubernur (Wagub) Aceh Muhamamd Nazar mengaku minggu lalu sudah menawarkan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Pengkajian serta Penerapan Teknologi (BPPT), Menristek, Menkokesra, serta Pusat Riset Tsunami serta Mitigasi Bencana (TDMRC) Aceh buat turun memantau serta meneliti langsung ke lapangan implikasi gempa-gempa akbar yang terjadi di Aceh. Bahkan kawasan yang banyak pulau mirip Singkil, Simeulue, serta Sabang wajib dipantau secara reguler di darat maupun asal udara. Kemudian, berbagai temuan wajib segera disampaikan kepada Pemerintah Aceh serta kabupaten/kota maupun kepada masyarakat luas agar semua mempunyai pengetahuan ilmiah serta dapat merespons kemungkinan peristiwa tanpa wajib panik. Cara ini sebagai keliru stau metode buat mengurangi risiko peristiwa, selain publik pun mendapatkan pengetahuan, kata Wagub. Temuan-temuan ilmiah asal sebuah riset, termasuk di bawah laut Aceh, kata Wagub, mestinya dapat jua membangun teknologi serta kerarifan ilmiah yang berguna bagi masyarakat. Serambi Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top